Authentication
208x Tipe PDF Ukuran file 0.40 MB Source: journal.unair.ac.id
Tinjauan Kepustakaan Gangguan Afektif Bipolar Episode Manik dengan Gejala Psikotik Fokus pada Penatalaksanaan Izzatul Fithriyah* Hendy M. Margono** E-mail: izza.unair@gmail.com ABSTRACT Bipolar disorder is a brain disorder characterized by altered mood, thought, energy and behavior. This disorder is characterized by episodes of mania, hypomania, mixed and major depression. Mania is a behavioral syndrome that manifested of euphoric mood or irritability, with several other signs, such as flight of idea and increase self confidence. Diagnosis of bipolar disorder is difficult because of psychotic symptoms that overlap with other psychiatric disorders, schizophrenia and Schizoaffective. It caused bipolar disorder undiagnosed and untreated well. The goal of treatment is remission of symptoms, returned in psychosocial functioning perfectly, and prevention against recurrent relapses. In determining the algorithm of bipolar disorder should be considered efficacy, tolerability, efficacy and safety of medications for patient. However, bipolar disorder treatment effective if done comprehensively. Comprehensive Therapy include pharmacotherapy and psychotherapy. Keywords: bipolar mania, psychotic symptom, therapy * Dokter umum, peserta PPDS I Ilmu Kedokteran Jiwa Depatemen/SMF Ilmu Penyakit Jiwa FK Universitas Airlangga/RSUD Dr. Soetomo Surabaya. ** Guru Besar, Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa/Psikiater (Konsultan), Staf pengajar pada Depatemen/SMF Ilmu Kedokteran Jiwa FK Universitas Airlangga/RSUD Dr. Soetomo Surabaya. 1 I. PENDAHULUAN Gangguan bipolar yang dikenal sebagai manic-depresive illness adalah penyakit medis yang mengancam jiwa karena adanya percobaan bunuh diri yang cukup tinggi pada populasi bipolar, yaitu 10-15%. Gangguan bipolar adalah suatu penyakit jangka panjang dan episodik dengan berbagai macam variasi perjalanan penyakit. Gangguan bipolar sering tidak diketahui dan salah diagnosa dan bahkan bila terdiagnosa sering tidak terobati dengan adekuat (Evans 2000; Tohen & Angst 2002; Toni et al 2000). Diagnosis gangguan bipolar sulit dibuat karena gejala gangguan bipolar yang bertumpang tindih dengan gangguan psikiatrik yang lain yaitu skizofrenia dan skizoafektif. Hal ini mengakibatkan prevalensi gangguan skizoafektif, skizofrenia, dan gangguan bipolar berbeda-beda pada setiap penelitian yang dilakukan. Gangguan bipolar mempunyai prognosis yang relatif baik terutama untuk gangguan bipolar yang bentuk klasik. Perjalanan penyakit gangguan bipolar sangat bervariasi dan biasanya kronik. Kekambuhan yang terjadi akan mengganggu fungsi sosial, pekerjaan, perkawinan bahkan meningkatkan risiko bunuh diri. Terapi yang komprehensif diperlukan pasien untuk mencapai kembali fungsinya semula dan kualitas hidup yang tetap baik. Terapi komprehensif meliputi farmakoterapi dan intervensi psikososial (Amir 2012; Soetjipto 2012; Yatham et al 2009). II. SEJARAH Gangguan bipolar pertama kali dideskripsikan oleh Aretaius of Cappadocia pada tahun 30 (Adams, 2000). Dalam sejarah kontemporer, Falret pada tahun 1854 mendeskripsikan gangguan ini sebagai gangguan yang terpisah yang disebut folie circulaire. Kraepelin (1921) juga mendefinisikan konsep yang terpisah dari dementia praecox atau skizofrenia. Menurut Kraepelin, manic-depressive illness dikarakteristikkan sebagai perjalanan penyakit dengan prognosis yang baik dan gejala mood pada fase akut. Bagi Kraepelin, perjalanan penyakit adalah hal yang paling membedakan dengan skizofrenia. Kraepelin kemudian membagi manic depresive illness menjadi ringan dan berat, gangguan afektif episode tunggal dan periodik termasuk juga melankolia involusional. III. DEFINISI Menurut PPDGJ III, gangguan afektif bipolar adalah suatu gangguan suasana perasaan yang ditandai oleh adanya episode berulang (sekurang-kurangnya dua episode) dimana afek 2 pasien dan tingkat aktivitas jelas terganggu, pada waktu tertentu terdiri dari peningkatan afek disertai penambahan energi dan aktivitas (mania atau hipomania), dan pada waktu lain berupa penurunan afek disertai pengurangan energi dan aktivitas (depresi). Yang khas adalah bahwa biasanya ada penyembuhan sempurna antar episode. Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung antara 2 minggu sampai 4-5 bulan, episode depresi cenderung berlangsung lebih lama (rata-rata sekitar 6 bulan) meskipun jarang melebihi satu tahun kecuali pada orang usia lanjut. Kedua macam episode tersebut sering terjadi setelah peristiwa hidup yang penuh stres atau trauma mental lain (adanya stres tidak esensial untuk penegakan diagnosis) (Depkes RI 2012). IV. EPIDEMIOLOGI Saat ini prevalensi gangguan bipolar dalam populasi cukup tinggi, mencapai 1,3-3%. Bahkan prevalensi untuk seluruh spektrum bipolar mencapai 2,6-6,5%. Tujuh dari sepuluh pasien pada awalnya misdiagnosis. Prevalensi antara laki-laki dan perempuan sama besarnya terutama pada gangguan bipolar I, sedangkan pada gangguan bipolar II, prevalensi pada perempuan lebih besar. Depresi atau distimia yang terjadi pertama kali pada prapubertas memiliki risiko untuk menjadi gangguan bipolar. (Kusumawardhani 2012). V. KLASIFIKASI GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder IV- text revised (DSM IV-TR), gangguan bipolar dibagi menjadi empat jenis yaitu gangguan bipolar I, gangguan bipolar II, gangguan siklotimia, dan gangguan bipolar yang tak dapat dispesifikasikan. Pada makalah ini akan dibahas secara spesifik gangguan afektif bipolar episode kini manik dengan gejala psikotik karena lebih dari 50% penderita gangguan bipolar pernah mengalami gejala psikotik minimal satu kali dalam hidupnya terutama pada fase manik. VI. GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR EPISODE MANIK DENGAN GEJALA PSIKOTIK Episode manik didefinisikan sebagai kesamaan karakteristik dalam afek yang meningkat, disertai peningkatan dalam jumlah dan kecepatan aktivitas fisik dan mental, dalam berbagai derajat keparahan. Berikut ini adalah kriteria episode manik menurut DSM IV-TR 3 A. Mood elasi, ekspansif atau iritabel yang menetap, secara abnormal, selama periode tertentu, berlangsung paling sedikit satu minggu (atau waktunya bisa kurang dari satu minggu bila pasien masuk perawatan) B. Selama periode gangguan mood tersebut, tiga (atau lebih) gejala di bawah ini menetap dengan derajat berat yang signifikan: a. grandiositas atau meningkatnya kepercayaan diri b. berkurangnya kebutuhan tidur (merasa segar dengan hanya tidur tiga jam) c. bicara lebih banyak dari biasanya atau adanya desakan untuk tetap berbicara d. loncatan gagasan atau pengalaman subjektif adanya pikiran yang berlomba e. distraktibilitas (perhatian mudah teralih kepada stimulus eksternal yang tidak relevan atau tidak penting) f. meningkatnya aktivitas yang diarahkan ke tujuan (sosial, pekerjaan, sekolah, atau seksual) atau agitasi psikomotor g. keterlibatan berlebihan dalam aktivitas yang menyenangkan yang berpotensi merugikan (investasi bisnis yang kurang perhitungan, hubungan seksual yang tidak aman, mengendara yang sembrono atau terlalu boros) C. Gejala-gejala tidak memenuhi kriteria episode campuran D. Gangguan mood sangat berat sehingga menyebabkan hendaya yang jelas dalam fungsi pekerjaan, aktivitas sosial yang biasa dilakukan, hubungan dengan orang lain, atau memerlukan perawatan untuk menghindari melukai diri sendiri atau orang lain, atau dengan gambaran psikotik E. Gejala-gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung penggunaan zat (misalnya, penyalahgunaan zat, obat atau terapi lainnya) atau kondisi medik umum (misalnya hipertiroid) Catatan: Episode mirip manik yang jelas disebabkan oleh terapi somatik (misalnya obat, electroconvulsive therapy, terapi cahaya) tidak dimasukkan ke dalam diagnosis gangguan bipolar I (American Psychiatric Association, APA, 2000) Gejala psikotik sering didapatkan pada episode manik dan depresi pada gangguan bipolar. Pada 26 kali penelitian psikotik pada mania yang pernah dilakukan, Goodwin dan 4
no reviews yet
Please Login to review.