Authentication
219x Tipe PDF Ukuran file 0.33 MB Source: erepo.unud.ac.id
TINJAUAN PUSTAKA Implikasi Anastesi Pada Kemoterapi Kanker Dewa Ayu Mas Shintya Dewi Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Rumah Sakit Sanglah Abstrak Kemoterapi merupakan aspek penting pada pengobatan kanker. Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat kemoterapi dapat dibedakan : Alkilating Agent, Antibiotik, Antimetabolit, Mitotic Spindle / antimikrotubuler, Topoisomerase Inhibitor, Cytoprotective Agents, dan Obat yang lain yang tidak termasuk dalam golongan tersebut. Agen kemoterapi tidak dapat membedakan sel ganas dan sel normal sehingga dapat menimbulkan efek toksik pada sel normal. Toksisitas terhadap jantung, paru, hematologi, susmsum tulang dan gastrointestinal lazim terjadi. Memahami permasalahan post kemoterapi terhadap pasien yang akan menjalani pembedahan sangat penting bagi seorang ahli anastwsi. Pendahuluan Kanker adalah salah satu penyakit yang paling sering terjadi pada semua kelompok umur. Kanker merupakan penyebab kematian tersering kedua setelah penyakit jantung di Amerika Serikat. Kelangsungan hidup penderita kanker tergantung pada pilihan terapi yang digunakan termasuk didalamnya pembedahan, radioterapi, dan kemoterapi. Kemoterapi, atau pengobatan kanker secara sistemik, dibuat untuk mematikan sel-sel kanker selama proses pertumbuhan dan pembelahan sel. Agen kemoterapi tidak dapat membedakan antara sel ganas dan sel normal sehingga efek toksik kemoterapi dapat terjadi pada organ sehat. Selain itu agen kemoterapi juga dapat berinteraksi dengan medikasi yang lain.1 Kemoterapi merupakan aspek penting dari pengobatan kanker. Dengan kemoterapi penderita kanker dapat bertahan hidup lebih lam. Beberapa pasien post kemoterapi akan menjalani operasi elektif dan darurat, oleh karena itu penting untuk mengetahui efek dari agen kemoterapi pada sistem organ normal. Toksisitas obat kemoterapi kanker dan relevansinya dengan manajemen anestesi perioperatif berkaitan dengan agen tertentu yang digunakan, dosis kumulatif dan toksisitas obat. Toksisitas yang lazim terjadi adalah toksisitas terhadap jantung, paru, 2 hematologi, sumsum tulang, dan efek gastro intestinal . . Sangat penting bagi ahli anastesi untuk memahami hal-hal yang harus diperhitungkan ketika pasien dengan pengobatan kemoterapi datang untuk menjalani tes kelayakan untuk melakukan tindakan operasi. Kemoterapi Kemoterapi adalah pemberian golongan obat-obatan sitotoksik dengan tujuan menghambat pertumbuhan sel kanker dan bahkan ada yang dapat membunuh sel kanker. Obat itu disebut "sitostatika atau obat anti-kanker. Berdasarkan kerjanya pada siklus sel, obat kemoterapi dapat dibedakan : CCDD 3,4 (Cell Cycle Depending Drugs) dan CCID ( Cell Cycle Independing Drugs). . CCDD, Obat ini bekerja selama terdapat proses pembelahan sel, dan dikelompokkan menjadi: 1) CCDD Specific Phase, obat jenis golongan ini hanya bekerja pada fase tertentu dalam proses pembelahan sel, sehingga obat ini dapat efektif bekerja jika terdapat dalam jumlah yang cukup pada sel tumor yang 3,4 memasukki fase tertentu tersebut. 2) CCDD Non Spesific Phase, obat jenis golongan ini bekerja pada sel- sel tumor yang sedang aktif membelah tetapi tidak tergantung pada proses pembelahan sel, sehingga obat ini dapat efektif bekerja pada sel-sel tumor yang sedang aktif membelah tanpa tergantung fasenya. 3,4 CCID, obat ini membunuh sel tumor pada setiap keadaan dan tidak tergantung pada pembelahan sel. Obat sitostatika yang hanya dapat bekerja pada satu fase misalnya golongan alkaloid, sedangkan yang dapat bekerja pada beberapa fase sekaligus misalnya golongan antimetabolit.3,4 Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat kemoterapi dapat dibedakan : Alkilating Agent, Antibiotik, Antimetabolit, Mitotic Spindle / antimikrotubuler, Topoisomerase Inhibitor, Cytoprotective Agents, dan Obat yang lain yang tidak 3,4 termasuk dalam golongan tersebut. A.Alkilating Agent Obat golongan ini bekerja dengan cara menghambat sintesa DNA dengan menukar gugus alkali sehingga membentuk ikatan silang DNA, mengganggu fungsi sel dengan melakukan transfer gugus alkali pada gugus amino, karboksil, sulfidril, atau fosfat, dan merupakan golongan sel spesifik fase non spesifik. Yang termasuk golongan ini antara lain: Amsacrine, Mephalan, Busulfan, Streptozocin, Chlorambucil, Dacarbazine, Cyclophospamid, Procarbazin, Ifosphamid, Carboplatin, Thiotepa, dan Cisplatin.3,4 B. Antibiotik Obat anti kanker yang termasuk golongan antibiotik umumnya dihasilkan oleh suatu mikroorganisme yang bersifat non spesifik, terutama berguna untuk tumor yang tumbuhnya lambat. Mekanisme kerjanya terutama dengan cara menghambat sintesa DNA dan RNA. Yang termasuk golongan ini antara lain : Bleomicin, Mitoxantron, Idarubicin, Mithramicin, Daunorubicin, Epirubicin, Actinomicin D, Mitomicin, dan Doxorubicin.3,4 C. Antimetabolit Obat anti kanker yang termasuk golongan antimetabolit bekerja dengan cara menghambat sintesa asam nukleat. Beberapa antimetabolit memiliki struktur analog dengan molekul normal sel yang diperlukan untuk pembelahan sel, sedangkan ada juga yang bekerja dengan cara menghambat enzim yang penting untuk pembelahan. Secara umum aktifitasnya meningkat pada sel yang membelah cepat. Yang termasuk golongan ini antara lain : Azacytidine, Fludarabin, Metotrexate, Capecitabine, Cladribin, Thioguanin, Mitoguazone, Cytarabin, Mercaptopurin, Luekovorin, Pentostatin, Hydroxyurea, Metothrexate, Capecitabine, Fluorouracil, Mitoguazon, Gemcitabine, dan Pentostatin.3,4 D. Mitotic Spindle / Antimikrotubuler Obat anti kanker yang termasuk golongan mitotic spindle berikatan dengan protein mikrotubuler inti sel tumor, menghambat sintesis dan dan polimerisasi miktotubul sehingga menyebabkan mitosis berhenti pada metaphase, dan menyababkan replikasi sel terganggu.Yang termasuk golongan ini antara lain : Paclitaxel (Taxol), Docetaxel, Vinblastine, Vinorelbin, Vindesine, dan Vincristine.3,4 E. Topoisomerase Inhibitor Obat anti kanker yang termasuk golongan topoisomerase Inhibitor bekerja dengan cara mengganggu fungsi enzim topoisomerase sehingga menghambat proses transkripsi dan replikasi. Yang termasuk golongan ini antara lain : Etoposit, Irinotecan, dan Topotecan.3,4 F. Cytoprotective Agents dan Lain-Lain Yang termasuk golongan cytoprotective agen adalah Amifostin dan Dexrazoxan. Sementara utuk obat yang tidak termasuk golongan tersebut diatas adalah obat yang tidak mempunyai mekanisme khusus. Yang termasuk golongan ini antara lain : L-Asparaginase, Oktreotide, Anagrelide, Estramustine, Suramin, Interferon alfa, Lavamisol, IL-2, dan Hexamethylmelamine.3,4 Efek kemoterapi dan komplikasi terhadap organ Efek dan masalah yang terjadi karena kemoterapi antikanker itu implikasi pada manajemen anestesi dapat dikelompokan menjadi efek pada sistem kardiovaskular, efek pada sistem respirasi, efek pada sistem lain (hepar, renal, CNS, hematopoetic), dan efek lainnya yang juga penting.2 A. Efek Pada sistem Kardiovaskular Pasien kanker menerima serangkaian agen kemoterapi yang dapat mempengaruhi jantung. Anthracyclines; yaitu doxorubicin (adriamycin), daunorubisin, dan epirubicin adalah agen umum terlibat dalam pengembangan toksisitas jantung setelah kemoterapi kanker. Toksisitas jantung bisa bermanifestasi pada berbagai fase selama dan setelah kemoterapi, tiga jenis tergantung pada penampilan mereka dalam kaitannya dengan waktu terapi, telah diidentifikasi.2,5 Agen anthracycline dapat mengganggu kontraktilitas otot-otot jantung.5 Demikian pula, pasien yang menerima mitoxantrone dengan dosis total lebih dari 140 mg / m2 bisa menyebabkan gagal jantung kongestif dan anthracycline dapat menginduksi terjadinya kardiomiopati. Agen lain diketahui menyebabkan cedera jaringan miokard adalah siklofosfamid. Berbagai dosis siklofosfamid lebih dari 120 mg.kg-1 lebih dari 2 hari dapat mengakibatkan kegagalan jantung kongestif
no reviews yet
Please Login to review.