Authentication
144x Tipe PDF Ukuran file 0.22 MB Source: repository.poltekkes-smg.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Asfiksia a. Pengertian Asfiksia adalah keadaan gawat bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga dapat menurunkan oksigen dan makin meningkatkan karbon dioksida yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut (Manuaba I. G. B, 2010). Asfiksia pada bayi baru lahir adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernapas secara spontan dan teratur sehingga bayi tidak dapat memasukan oksigen dan tidak dapat melepaskan karbondioksida dari tubuhnya segera setelah lahir atau beberapa waktu setelah lahir (Dewi V. N. Lia, 2014). Asfiksia adalah kegagalan bernapas yang terjadi secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul (Manuaba I. G. B, 2010). 10 11 Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa asfiksia adalah bayi baru lahir yang tidak dapat bernapas secara spontan sehingga dibutuhkan penanganan segera setelah bayi lahir agar tidak menimbulkan akibat buruk dalam kelangsungan hidupnya b. Klasifikasi asfiksia Klasifikasi klinis asfiksia dibagi dalam 2 macam, yaitu sebagai berikut (Mochtar Rustam, 2011): 1. Asfiksia Livida yaitu asfiksia yang memiliki ciri meliputi warna kulit kebiru-biruan, tonus otot masih baik, reaksi rangsangan masih positif, bunyi jantung reguler, prognosis lebih baik. 2. Asfiksia Pallida yakni asfiksia dengan ciri meliputi warna kulit pucat, tonus otot sudah kurang, tidak ada reaksi rangsangan, bunyi jantung irreguler, prognosis jelek. Setiap bayi baru lahir dievaluasi dengan nilai APGAR, tabel tersebut di atas dapat digunakan untuk menentukan tingkat atau derajat asfiksia, apakah ringan, sedang, atau asfiksia berat dengan klasifikasi sebagai berikut (Mochtar Rustam, 2011): a) Bayi normal atau Tidak asfiksia (skor Apgar 8-10) Bayi normal, tidak memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen secara terkendali. b) Aasfiksia Ringan (skor Apgar 5-7) Bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan istimewa, tidak memerlukan pemberian oksigen dan tidak resusitasi. 12 c) Asfiksia sedang (nilai Apgar 3-4) Pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung lebih dari 100X/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, refleks iritabilitas tidak ada dan memerlukan tindakan resusitasi dan pemberian oksigen sampai bayi dapat bernapas normal. d) Asfiksia berat (nilai Apgar 0-3) Memerlukan resusitasi segera secara aktif, dan pemberian oksigen terkendali. Pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung 100X/menit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan terkadang pucat, refleks iritabilitas tidak ada. Berikut ini adalah tabel APGAR score untuk menentukan Asfiksia (Lockhart and Lindon, 2014). Tabel 2.1. Nilai APGAR Aspek Skor 0 1 2 Appreaance Pucat Badan merah dan Seluruh tubuh (warna kulit) ekstremitas biru kemerahan Pulse Tidak Kurang dari 100 Lebih dari 100 x/ (frekuensi ada x/menit menit jantung) Grimace Tidak Sedikit gerak Batuk/bersin (reaksi ada mimik rangsangan) Activity Tidak Ekstremitas sedikit Gerak aktif (tonus otot) ada fleksi Respiratori Tidak Lemah/ tidak Baik/menangis (pernapasan) ada teratur 13 c. Patofisiologi Pernapasan spontan bayi baru lahir tergantung pada keadaan janin pada masa hamil dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkan asfiksia ringan yang bersifat sementara. Proses ini sangat perlu untuk merangsang hemoreseptor pusat pernapasan untuk terjadinya usaha pernapasan yang pertama yang kemudian akan berlanjut menjadi pernapasan yang teratur. Pada penderita asfiksia berat usaha napas ini tidak tampak dan bayi selanjutnya dalam periode apneu. Pada tingkat ini disamping penurunan frekuensi denyut jantung (bradikardi) ditemukan pula penurunan tekanan darah dan bayi nampak lemas (flasid). Pada asfiksia berat bayi tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak menunjukan upaya bernapas secara spontan. Pada tingkat pertama gangguan pertukaran gas/transport O (menurunnya tekanan O darah) 2 2 mungkin hanya menimbulkan asidosis respiratorik, tetapi bila gangguan berlanjut maka akan terjadi metabolisme anaerob dalam tubuh bayi sehingga terjadi asidosis metabolik, selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskuler. Asidosis dan gangguan kardiovaskuler dalam tubuh berakibat buruk terhadap sel-sel otak, dimana kerusakan sel-sel otak ini dapat menimbulkan kematian atau gejala sisa (squele) (Depkes RI, 2009).
no reviews yet
Please Login to review.