Authentication
189x Tipe PDF Ukuran file 0.12 MB Source: media.neliti.com
PERUBAHAN SIFAT KIMIA ENTISOL KRUENG RAYA AKIBAT KOMPOSISI JENIS DAN TAKARAN KOMPOS ORGANIK 1 2 3 Muyassir , Sufardi , Iwan Saputra 1&2) Fakultas Pertanian Unsyiah, Jl. Tgk. Hasan Krueng Kalee No. 3 Darussalam Banda Aceh 23111 e-mail muyassiramin@gamil.com 2) Universitas Al-Wasliyah, Rukoh Darussalam Banda Aceh 23111 ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh jenis dan dosis kompos organik terhadap sifat kimia Inceptisol. Percobaan berlangsung April sampai Juli 2010 di Desa Ie Seuum Krueng Raya Aceh Besar. Rancangan lapangan menggunakan Rancangan Acak Kelompok pola faktorial. Perlakuan terdiri atas komposisi jenis bahan baku kompos organik dan dosisnya dengan variabel respon beberapa sifat kimia tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompoisi jenis dan dosis bahan organik secara tunggal maupun interaksi nyata merubah sifat-sifat kimia tanah kearah yang lebih baik. Kompos berupa campuran pupuk kandang dengan sisa tanaman kedelai dan jerami padi lebih baik dibandingkan dengan penggunaan pupuk kandang secara tunggal. Kompos campuran pupuk kandang dengan sisa tanaman kedelai dan jerami padi dapat meningkatkan status kesuburan tanah dari rendah menjadi sedang. Penggunaan pupuk kandang secara tunggal sampai 45 ton per ha belum dapat meningkatkan status kesuburan tanah, sedangkan bila dicampur dengan bahan kompos lainnya dapat meningkatkan status kesuburan tanah pada takaran 15 ton per ha. Kata kunci : Kompos, Inceptisol, Krueng Raya PENDAHULUAN langsung dalam bentuk cepat larut sehingga Paradigma pembangunan berkelanjutan diserap dengan takaran dan waktu telah diterima sebagai agenda politik pemberian yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan di seluruh dunia pada tahun tanaman. 1992 dalam even KTT bumi di Rio de Salah satu ordo tanah yang paling luas Janeiro, Brasil. Pembangunan pertanian sebarannya di Indonesia dan telah dikelola berkelanjutan dalam bidang pertanian secara intensif adalah Inceptisol yaitu diterapkan melalui pendekatan sekitar 20,75 juta ha atau 37,5 % dari pembangunan pertanian berwawasan wilayah daratan Indonesia. Inceptisol lingkungan. Praktek system pertanian ini dikenal mempunyai kadar hara esensial lebih mengandalkan pada pemberdayaan rendah terutama nitrogen (N), fosfor (P), sumberdaya yang ada dengan masukan dan kalium (K). Pengelolaan tanah intensif rendah sehingga termasuk dalam kategori dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pertanian organik. Strategi pertanian tanah baik sifat, fisika, kimia, maupun organik salah satunya terlihat dalam biologi tanah. Kerusakan sifat kimia tanah transformasi hara dari sisa tanaman, dapat terjadi karena proses pemasaman kompos dan pupuk kandang menjadi yanga diakibatkan penggunaan pupuk biomassa tanah yang selanjutnya setelah nitrogen buatan secara terus menerus dalam mengalami proses mineralisasi akan jumlah besar (Brady, 1990; Buckman & menjadi hara dalam larutan tanah. Menurut Brady. 1982). Kerusakan tanah secara fisik Sutanto, (2002) unsur hara didaur ulang dapat berupa kerusakan struktur tanah yang melalui satu atau lebih tahapan sehingga menyebabkan kompoksi akibat penggunaan bentuk senyawa organik mengalami alat mekanisasi pertanian yang tidak tepat dokomposisi dan mineralisasi yang berguna atau penggunaan pupuk kimia secara terus sebagai hara tanaman. Hal ini berbeda sama menerus. Kerusakan biologi ditandai oleh sekali dengan pertanian konvensional yang penyusutan populasi maupun berkurangnya memberikan unsur hara secara cepat dan biodiversitas organisme tanah yang biasanya akibat dari kerusakan sifat fisika Lentera :Vol.12, No.3, Nopember 2012 37 dan atau kimia (Ma’shum et al., 2003). Penelitian ini dilakukan pada inceptisol Kemunduran kualitas sumberdaya ini apat Krueng Raya Aceh Besar selama April diperbaharui, namun memerlukan waktu sampai Juli 2010 dengan menggunakan yang lama sehingga kerusakaannya akan metode eksperimen. Penelitian dirancangan membawa kehancuran yang dikarenakan dalam bentuk Acak Kelompok (RAK) kehilangan fungsi utamanya baik sebagai dengan pola faktorial yang terdiri atas jenis matriks tempat akar tumbuhan berjangkar dan takaran bahan organik serta dan air tanah tersimpan, tempat unsur hara pengulangan 3 kali. Jenis bahan organik dan air ditambahkan, maupun sebagai meliputi 6 (enam) level yaitu: pupuk sumber unsur hara bagi tumbuhan. kandang, sisa tanaman kedele, jerami padi, Hilangnya fungsi pertama tidak mudah pupuk kandang + sisa tanaman kedele, diperbaharui karena diperlukan waktu pupuk kandang + jerami padi, pupuk puluhan bahkan ratusan tahun untuk kandang + sisa tanaman kedele + jerami pembentukannya, dan hilangnya fungsi padi, sedangkan takaran bahan organik kedua dapat terus menerus diperbaharui terdiri atas 3 (tiga) level yaitu: 15, 30; dan -1 dengan pemupukan. 45 t ha . Untuk mengetahui pengaruh Salah satu metoda untuk memperbaiki perlakuan terhadap variable respon kerusakan tanah adalah dengan pemberian dianalisis dengan uji F (Anova) pada taraf bahan organik. Bahan organik selain kepercayaan 0,05. Jika perlakuan memperbaiki sifat fisika dan biologi tanah menunjukkan pengaruh nyata maka juga dapat memperbaiki sifat kimia tanah dilanjutkan analisis beda rata-rata dengan antara lain peningkatan kapasitas tukar uji BNJ pada α 0,05. kation, kandungan bahan organik tanah, HASIL DAN PEMBAHASAN serta kandungan unsur hara N, P, K dan S (Stevenson (1992). Efektivitas bahan Sifat Kimia Tanah di Lokasi Penelitian organik dalam kaitannya dengan perbaikan Sifat kimia tanah dari hasil analisis awal sifat-sifat tanah bergantung pada kualitas sampel tanah di lokasi penelitian bahan organik itu sendiri. Kualitas bahan menunjukkan bahwa reasksi tanah (pH H O organik tercermin dari kandungan senyawa 2 kimia antara lain berupa N, P, K, C, dan KCl) tergolong dalam kriteria agak Polifenol dan Lignin. Oleh karena itu untuk masam dengan nilai 6,22 dan 5,64. Kadar meningkatkan kualitas bahan organik C-organik rendah (1,12 %), N-total rendah tersebut diperlukan upaya pengomposan, (0,11 %), kandungan P-tersedia tanah pemberian sisa residu tanaman ke lahan rendah yaitu 4,42 ppm, K-dd tanah sangat -1 produksi dan pemberian sumber bahan rendah dengan nilai 0,18 me 100 g . organik lainnya dari berbagai sumber. Kation-ktion basa seperti Ca, Mg dan Na Martopo (1991) menyatakan bahwa pupuk bervariasi dari mulai rendah. Kalsium dapat organik hasil pengomposan selain memiliki ditukar mempunyai kriteria rendah (5,44 me -1 kandungan unsur hara yang lebih tinggi 100g ), magnesium dapat ditukar mempunyai kriteria rendah (0,42 me 100g- ketersediaannya dari pada pupuk organik 1 yang belum dikomposkan, juga dapat ), dan natrium dapat ditukar mempunyai kriteria rendah (0,34 me 100g-1). Kapasitas memperbaiki sifat fisika tanah. Atas dasar tukar kation tanah tergolong dalam kriteria pemikiran tersebut terdapat dua hal yang -1 ingin ditemukan pemecahan masalahanya rendah dengan nilai 15,33 me 100g dengan yaitu pengaruh jenis dan dosis kompos kejenuhan basa yang tergolong dalam organik baik secara tunggal ataupun kriteria sedang dengan nilai 42 %. Di lihat interaksi terhadap beberpa sifat kimia dari sifat-sifat ini menunjukkan bahwa Inceptisol Krueng Raya, dan kombinasi tingkat kesuburan tanah di lokasi penelitian perlakuan mana yang dapat memberikan tergolong dalam kriteria rendah. komdisi kimia tanah yang baik bagi Reaksi Tanah (pH H2O) tanaman. Hasil analisis ragam menunjukkan METODE PENELITIAN bahwa perbedaan jenis dan dosis kompos Lentera :Vol.12, No.3, Nopember 2012 38 yang dicobakan secara interaksi secara nyata. Rata-rata pH tanah berpengaruh nyata terhadap pH tanah. menunjukkan peningkatan akibat Artinya rata-rata pH tanah akibat perlakuan perbedaan jenis dan dosis pengaruh interaksi antara jenis kompos bahan kompos seperti ditunjukkan dalam dengan takarannya ada yang berbeda Tabel 1. Tabel 1. Rata-rata pH tanah akibat pengaruh interaksi komposisi jenis dan takaran kompos Komposisi Kompos Pupuk Pupuk Takaran Sisa kandang Pupuk kandang + Kompos Pupuk tanaman Jerami + sisa kandang sisa (t ha-1) kandang padi + jerami tanaman kedelai tanaman padi kedelai + kedelai Jerami padi 15 6,59 a 6,56 a 6,59 a 6,55 a 6,65 b 6,72 b A A A A A A 30 6,65 ab 6,63 a 6,68 b 6,60 a 6,66 a 6,75 b AB A AB A AB AB 45 6,67 b 6,71 b 6,73 b 6,61 a 6,72 b 6,78 b A AB AB A B AB Ket: Angka yang diikuti huruf yang sama berbeda tidak nyata pada uji BNJ0,05. Huruf kecil dibaca mendatar, sedangkan huruf besar dibaca vertikal Tabel 1 menunjukkan bahwa pH tanah Selanjutnya Soepardi (1983) menyatakan entisol meningkat secara konsisten pada bahwa adanya senyawa organik yang setiap komposisi kompos organik dengan cukup, memungkinkan terjadinya khelat semakin meningkatnya takaran kompos yaitu senyawa organik yang berikatan tersebut yang diberikan. Nilai pH tanah dengan kation logam (Fe, Mn, Al) pada akibat pengaruh interaksi antara kedua tanah dengan pH masam. Peningkatan pH perlakuan dimaksud berkisar antara 6,55 tanah juga disebabkan oleh hasil akhir sampai 6,78. Reaksi tanah tertinggi akibat sederhana perombakkan bahan organik pengaruh interaksi ini terdapat pada yang menghasilkan kation-kation basa yang takaran kompos 45 ton ha-1 yang berupa mampu meningkatkan pH tanah Entisol campuran pupuk kandang dengan sisa Krueng Raya yang awalnya 6,22 kemudian tanaman kedelai dan jerami padi. Reaksi meningkat sampai 6,78. Soepardi (1983) tanah tertinggi ini berbeda tidak nyata menyatakan bahwa hasil akhir sederhana dengan nilai pH pada semua takaran dari perombakan bahan organik antara lain kompos yang diberikan, tetapi berbeda kation-kation basa seperti Ca, Mg, K dan nyata dengan pH pada campuran Na. Pelepasan kation-kation basa ke dalam pupuk kandang dengan sisa tanaman larutan tanah akan menyebabkan tanah kedelai (6,61), dan pemberin pupuk jenuh dengan kation-kation tersebut dan kandang secara tunggal (6,67). pada akhirnya akan meningkatkan pH Peningkatan pH tanah pada percobaan tanah. Selanjutnya Richie (1989) ini diduga karena adanya peningkatan menyatakan bahwa peningkatan pH akibat senyawa organik yang dihasilkan oleh penambahan bahan organik karena proses pelapukkan kompos terutama dari jenis mineralisasi dari anion organik menjadi pupuk kandang dan sisa tanaman kedelai. CO dan H O atau karena sifat alkalin dari 2 2 Hairiah et al., (2002) menyatakan bahwa bahan organik tersebut. Jadi dapat dikatakan pelapukan bahan organik dapat mengikat bahwa pemberian bahan organik dapat atau mengkhelat Al dan Mn oleh asam- meningkatan pH tanah namun besarnya asam organik yang dihasilkan, sehingga peningkatan tersebut sangat tergantung dari memperbaiki lingkungan pertumbuhan kualitas bahan organik yang digunakan. tanaman terutama pada tanah-tanah masam. Lentera :Vol.12, No.3, Nopember 2012 39 C-organik lanjut dari kompos berbeda jenis dan Hasil analisis ragam menunjukkan takaran yang diberikan, terutama dari bahwa perbedaan komposisi jenis dan pupuk kandang dan sisa tanaman kedelai takaran kompos secara interaksi yang banyak mengandung C-organik dan berpengaruh nyata terhadap C-organik lebih mudah mengalami pelapukan. Sejalan tanah. Tabel 2 memperlihatkan rata-rata dengan pendapat Pratikno (2002) bahwa kandungan C-organik tanah akibat kecepatan dekomposisi bahan organik pengaruh interaksi komposisi jenis dan berkorelasi sangat nyata dengan kandungan takaran kompos berkisar antara 1,54% C-organik. Peningkatan C-organik tanah ini sampai 2,84%. Kandungan C-organik juga disebabkan oleh meningkatnya humus tertinggi terdapat pada takaran kompos 45 yang dihasilkan pada proses dekomposisi t ha-1 yang berupa campuran pupuk kompos organik tersebut. Candra (2003) kandang dengan sisa tanaman kedelai dan menyatakan bahwa humus yang tersusun jerami padi, berbeda tidak nyata dengan dari selulosa, lignin dan protein kandungan C-organik pada takaran 30 t mempunyai kandungan C-organik ha-1 (2,49%). Kecuali dengan kandungan umumnya sebesar 58 %. Hal ini dapat C-organik pada campuran pupuk kandang dipahami bahwa pemberian berbagai jenis dengan sisa tanaman keledai, dan kompos bahan organik dalam bentuk kompos dan jerami padi, menunjukkan berbeda tidak pupuk organik lainnya akan meningkatkan nyata dengan komposisi jenis kompos jumlah humus dalam tanah yang juga lainnya baik yang diberikan secara berarti meningkatkan C-organik tanah. tunggal ataupun dicampur. Peningkatan C-organik tanah juga hasil Peningkatan kandungan C-organik tanah dekomposisi dari residu berbagai jenis yang pada awalnya hanya 1,12% bahan organik yang diberikan dalam bentuk meningkat sampai 2,84% diduga akibat kompos. Young (1989), menyatakan bahwa sumbangan C-organik ke dalam tanah dekomposisi residu tanaman memberikan yang merupakan hasil dekomposisi lebih kontribusi terhadap kandungan bahan organik tanah. Tabel 2. Rata-rata C-organik tanah akibat pengaruh interaksi komposisi jenis dan takaran kompos Komposisi Kompos Pupuk Pupuk Takaran Sisa kandan Pupuk kandang + Kompos Pupuk tanaman Jerami g + sisa kandang sisa tanaman (t ha-1) kandang padi tanama + jerami kedelai n padi kedelai + kedelai Jerami padi 15 1,56 a 1,54 a 1,75 a 1,81 a 1,85 a 1,74 a A A A A A A 30 1,73 a 2,06 ab 1,94 a 2,18 ab 2,11 ab 2,49 b AB B A A AB B 45 2,05 a 2,41 ab 2,18 a 2,18 a 2,40 ab 2,84 b B B A A B B Ket : Angka yang diikuti huruf yang sama berbeda tidak nyata uji BNJ0,05. Huruf kecil dibaca mendatar, sedangkan huruf besar dibaca vertical N-total Tanah konsisten dengan adanya penambahan takaran pada semua komposisi kompos Hasil analisis ragam menunjukkan tersebut. Rata-rata kandungan N-total bahwa takaran dan komposisi jenis tanah akibat pengaruh interaksi dimaksud kompos secara interaksi berpengaruh berkisar antara 0,12% sampai 1,26% nyata terhadap N total tanah. Rata-rata N seperti yang diperlihatkan dalam Tabel 3. tanah mengalami keniakan secara Lentera :Vol.12, No.3, Nopember 2012 40
no reviews yet
Please Login to review.