Authentication
174x Tipe PDF Ukuran file 0.16 MB Source: scholar.unand.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam merupakan suatu gangguan yang sering terjadi pada bayi atau anak. Anak dikatakan demam apabila suhu tubuh anak lebih dari 37 ℃. Suhu tubuh normal pada manusia berkisar antara 36-37 ℃. Suhu tubuh anak yang terus meningkat sering kali menjadi pengalaman yang menakutkan bagi orang tua (Ismoedijanto, 2016). Angka kejadian demam di Amerika Serikat tahun 2012 berkisar antara 0,8% sampai 1,2% setiap 1000 bayi per tahun dari semua kejadian 1,5% per bulan mengalami kejang. Kejadian demam meningkat pada bayi kurang bulan dibandingkan bayi cukup bulan. Survei Kesehatan Nasional (2011) menunjukkan angka kesakitan bayi dan balita dikisaran 49,1% (0-1 tahun), dan 54,8% balita (1- 4 tahun). Umur 0-4 tahun ditemukan prevalensi demam sebesar 33,4%, batuk 28,7%, napas cepat 17% dan diare 11,4%. Menurut Badan Pusat Statistik (2012), anak demam sebanyak 90.245 anak, tahun 2013 sebanyak 112.511 anak (Doloksaribu dan Siburian, 2016). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2017 menunjukkan AKABA 32 per 1.000 kelahiran hidup (Riskesdas, 2018). Profil kesehatan Indonesia tahun 2013, mengungkapkan bahwa jumlah pasien demam yang disebabkan oleh insfeksi dilaporkan sebanyak 112.511 kasus demam dengan jumlah kematian 871 orang (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016).. Menurut Profil Kesehatan Provinsi Bali tahun 2017 sebanyak 17427 demam yang tidak diketahui penyebabnya. 1 Berdasarkan capaian nilai AKABA pada tingkat kabupaten/kota, diketahui AKABA terendah ada di Kota Denpasar sebesar 0,86 per 1000 KH dan AKABA tertinggi ada di Kabupaten Gianyar yaitu sebesar 12,28 yang kedua Kabupaten Jembrana sebesar 11,00 dan Kabupaten Tabanan dengan jumlah 10,23 per 1000 KH yang merupakan urutan tiga terbesar dari kabupaten lainnya (Profil Kesehatan Provinsi Bali, 2017). Hasil studi pendahuluan di Wilayah Kerja Puskesmas Kediri III di Desa Beraban, Kediri, Tabanan terdapat data pada tahun 2020 yaitu kunjungan balita dari bulan januari sampai bulan desember sebanyak 433 orang. Menurut rekapan data Puskesmas Kediri III pada tahun 2020 jumlah balita yang pernah menderita demam yaitu sebanyak 92 Orang. Tingginya angka demam yang terjadi pada anak balita menandakan kurangnya pendidikan kesehatan dari pemerintah kepada masyarakat, salah satunya adalah orang tua dalam menangani demam pada balita. Pendidikan kesehatan merupakan suatu cara penunjang program-program kesehatan yang dapat menghasilkan perubahan dan peningkatan pengetahuan dalam waktu yang pendek (Ribek, Putu Susy N dan Mertha, 2017). Pendidikan kesehatan perlu diterapkan oleh orang tua dirumah dalam meningkatkan pengetahuan menangani demam pada balita. Balita yang sedang mengalami demam perlu adanya penanganan yang tepat dari orang tua. Demam sangat berbeda dengan hipertermia. Hipertermi pada typhoid merupakan suatu masalah keperawatan yang ditandai dengan peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal yang biasanya disebabkan oleh infeksi akut pada pencernaan (Ribek et al., 2018). 2 Penanganan fobia demam yang terjadi pada orang tua sering kali mendorong orang tua untuk mencari informasi mengenai penanganan demam pada anak. Pengukuran suhu tubuh anak haruslah mempertimbangkan masalah ekonomis, juga merupakan pengukuran yang sederahana dan cepat dan tidak menimbulkan ketidaknyamanan pada anak. Penanganan demam telah diketahui secara umum termasuk dengan pemberian antipiretik maupun dengan metode fisik. Pemilihan antipiretik, cara pemberian, dan dosis antipiretik penting untuk diketahui oleh praktisi maupun orangtua dalam menangani demam, sehingga informasi yang lengkap harus diberikan kepada orang tua pada setiap kunjungan untuk mencegah kesalahan pemberian obat dan juga mencegah toksisitas antipiretik (Lubis dan Lubis, 2016). Demam pada anak sangat tergantung pada peran orang tua, terutama ibu. Ibu adalah bagian integral dari penyelenggaraan rumah tangga yang dengan kelembutannya dibutuhkan untuk merawat anak secara terampil agar tumbuh dengan sehat. Ibu yang tahu tentang demam dan memiliki sikap yang baik dalam memberikan perawatan, dapat menentukan pengelolaan demam yang terbaik bagi anaknya. Hasil penelitian (Setyani dan Khusnal, 2013) memperlihatkan hampir 80% orang tua mempunyai fobia demam. Sebagian besar ibu mengira bahwa apabila tidak diobati, maka demam semakin tinggi. Konsep yang salah ini, mengakibatkan orang tua mengobati demam ringan yang sebetulnya tidak perlu diobati. Salah satu penatalaksanaan awal yang bisa dilakukan ibu dalam mengatasi demam yaitu mengompres dengan menggunakan air hangat dan memberikan obat penurun panas. Berbagai penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya dapat diketahui bahwa pengetahuan ibu tentang demam di tiap negara sangat bervariasi. (Agustini, 2017). 3 Pengetahuan ibu yang berbeda ini akan mengakibatkan pengelolaan demam pada anak yang berbeda pula. Tingkat pengetahuan ibu tentang demam di Indonesia juga sangat bervariasi mengingat hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor. Penelitian mengenai hubungan antara tingkat pengetahuan ibu terhadap pengelolaan demam anak di Indonesia masih terbatas. Oleh karena itu, peneliti mencoba untuk meneliti Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Penanganan Demam pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kediri III. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan masalah dari penilitian ini yaitu “Bagaimanakah Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Penanganan Demam pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kediri III”? C. Tujuan Penulisan 1. Tujuan umum a. Mengetahui Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Penanganan Demam pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kediri III. 2. Tujuan khusus a. Mengidentifikasi karakteristik ibu berdasarkan umur, pekerjaan, dan pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Kediri III b. Menganalisis tingkat pengetahuan ibu tentang penanganan demam pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kediri III 4
no reviews yet
Please Login to review.