Authentication
369x Tipe PDF Ukuran file 0.77 MB Source: repository.uksw.edu
Bab V HIPOTESIS PENELITIAN Hipotesis pada umumnya diartikan sebagai jawaban (dugaan) sementara dari masalah suatu penelitian. Hipotesis hanya disusun pada jenis penelitian inferensial, yakni jenis penelitian dengan pendekatan kuantitatif yang bertujuan untuk menguji. Pengujian suatu hipotesis selalu melalui teknik analisis statistik inferensial. Sedangkan penelitian deskriptif tidak memerlukan secara eksplisit rumusan hipotesis. Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa hipotesis dapat disusun oleh peneliti berdasarkan landasan teori yang kuat dan didukung hasil-hasil penelitian yang relevan. Peneliti harus memahami tentang isi dan bagaimana langkah-langkah dalam merumuskan suatu hipotesis penelitian. Rumusan hipotesis memiliki persyaratan atau ciri-ciri yang harus dipenuhi oleh peneliti. Adapun beberapa ciri-ciri rumusan hipotesis, menurut Soesilo (2015) sebagai berikut: a. Hipotesis dinyatakan dalam kalimat pernyataan (declarative statement), bukan kalimat tanya. Statement tersebut sebagai pandangan peneliti berdasar hasil kajian teori yang digunakan. b. Peneliti harus konsisten (tidak berubah-ubah) mengenai isi hipotesisnya. Oleh karena itu, peneliti perlu 49 melakukan kajian yang mendalam tentang teori yang digunakan dalam menyusun hipotesisnya. c. Dalam penelitian eksperimen hipotesis berisi pernyataan mengenai efektivitas, perbedaan atau pengaruh dari suatu variabel ke variabel yang lain. Dalam hipotesis sedikitnya ada dua variabel yang diteliti. d. Hipotesis harus dapat diuji (testable). Selain menjelaskan tentang cara (teknik) pengukuran masing- masing variabel yang akan diteliti, dalam bagian metodologi penelitian juga harus menjelaskan teknik analisis yang digunakan untuk mengujia hiptesis penelitian. A. Macam Hipotesis Dalam penelitian inferensial, khususnya pada penelitian korelasi dan komparatif, hipotesis digolongkan menjadi 2 yakni 1) hipotesis tanpa arah yang disebut juga hipotesis dua arah, dan 2) hipotesis searah, seperti yang dijelaskan di bawah ini. 1. Hipotesis Tanpa Arah (Dua Arah) Hipotesis tanpa arah merupakan rumusan (kalimat) hipotesis yang berisi pernyataan hanya mengenai adanya hubungan atau hanya ada perbedaan, tanpa menjelaskan arah hubungan di antara variabel yang diteliti, misalnya berarah positif (+) atau berarah negatif (-). Sebagai misal, hipotesis tanpa arah “Ada hubungan yang signifikan antara Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Siswa”. Dalam contoh tersebut tidak dijelaskan arah hubungan (apakah berarah hubungan positif atau negatif) di antara variabel motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa. 50 Contoh lain, hipotesis yang berbunyi “Ada perbedaan yang signifikan prestasi belajar siswa berdasar motivasi belajar”. Dalam hipotesis ini juga tidak disertakan penjelasan motivasi belajar yang mana yang memiliki prestasi belajar tinggi. 2. Hipotesis Searah Hipotesis searah pada umumnya disusun sebagai pernyataan yang menunjukkan arah hubungan atau perbedaan dari dua variabel yang diteliti; arah mencerminkan hubungan positif atau sebaliknya negatif. Sebagai misal hipotesis penelitian “Semakin tinggi motivasi belajar siswa maka diikuti semakin tinggi prestasi siswa”; menunjukkan arah hubungan yang positif. Contoh lain “Semakin tinggi konsep diri maka diikuti semakin rendah agresivitas siswa”; yang menggambarkan ada hubungan yang bersifat negatif. B. Cara Menyusun Hipotesis Perlu dipahami bahwa rumusan hipotesis penelitian tidak ‘jatuh dari langit’ atau muncul secara tiba-tiba tanpa dilandasi suatu teori atau kajian ilmiah. Hipotesis penelitian tidak dirumuskan hanya sekedar mengikuti dugaan atau asumsi peneliti saja meskipun dugaan peneliti dapat menjadi titik tolak dalam telaah teori dan prediksi hasil penelitiannya kelak. Jadi, hipotesis dirumuskan tidak sekedar mengikuti dugaan atau asumsi peneliti, tetapi berasal dari penguraian landasan teori yang disusun sebelumnya. Teori tersebut mengkaitkan keberadaan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Oleh karena itu, telaah teoritik dan temuan penelitian yang relevan berfungsi menjelaskan 51 permasalahan dan menegakkan prediksi akan jawaban terhadap pertanyaan penelitian. Seperti yang dinyatakan oleh Azwar (1999), bahwa dalam merumuskan suatu hipotesis, terdapat dua cara. Cara pertama, adalah dengan membaca dan menelaah ulang (mereviu) teori atau konsep-konsep yang membahas mengenai variabel-variabel penelitian beserta hubungan dari variabel-variabel tersebut. Cara ini sering disebut sebagai proses berpikir deduktif. Cara kedua, adalah dengan membaca dan mereviu hasil atau temuan-temuan penelitian terdahulu yang relevan dengan permasalahan penelitian. Hal ini yang disebut sebagai proses berpikir induktif. Setelah menelaah teori-teori maupun temuan-temuan hasil penelitian, peneliti dapat merumuskan hipotesis penelitiannya. Hasil kajian teori maupun temuan hasil penelitian tersebut merupakan bekal (landasan) penting bagi peneliti dalam menyusun hipotesisnya. Oleh karena itu, pada umumnya hipotesis diletakkan setelah peneliti menelaah teori, konsep maupun temuan hasil penelitian, yakni pada bagian akhir bab II dari suatu laporan penelitian. Hipotesis harus diuji kebenarannya melalui uji statistik dengan menggunakan teknik analisis yang tepat. Hipotesis yang telah disusun perlu dibuktikan kebenarannya dengan menggunakan teknik analisis statistik lanjut. Pemilihan teknik analisis statistik tersebut tergantung dari beberapa hal, yakni jenis penelitian, tujuan penelitian dan jenis skala data pada masing- masing variabel. Dalam perumusan hipotesis secara statistik dinyatakan melalui simbol-simbol. Terdapat dua macam hipotesis yakni hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha), yang ditulis selalu 52
no reviews yet
Please Login to review.