Authentication
179x Tipe PDF Ukuran file 0.37 MB Source: media.neliti.com
FILSAFAT KETUHANAN MENURUT PLATO Iaanlfr,. J.Wekmann Intisari Plato adalah pertama yang menulis secara dan secara sistematik teologis mengenai filsuf filosofis konsep Ketuhanan sehingga dapatlah dikatakan bahwa ia adalah peletqk dasar bagi ilmu teologia dan memberikan pengaruh besar bagi perkembanganfilsafat Barat khususnya tentang konsep Ketuhanan. Pemikiran Plato tentang Ketuhanan adalah upayanya untuk mereformasi konsep Ketuhanan yang terdapat pada masyarakat Yunani kuno. Tulisan ini berupaya menganalisa dan memahami Ketuhanan menurut Plato agar pembaca masa kini dapat mengerti lebih dalam lagi tentong konsep Ketuhanan yang dipahami masyarakat Yunani kuno dan khususnya menurut Plato, danjuga dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan bagifilsafat Ketuhanan pada masa kini. Filsafat Ketuhanan menurut Plato ini penulis jelaskan dengan memperhatikan dimensi metafisika, epistemologi, dan etika. Pendahuluan Tuhan dimaknai sebagai sesuatu yang melebihi dari manusia, sesuatu yang tidak Konsep Tuhan dalam filsafat Yunani dapat mati dan kekal, suatu kuasa yang pada awalanya diambil dari kata deusyang bekerja dalam dunia, yang tidak lahir berarti "dewa ZelJs", lalu dalam bersama manusia, dan tetap ada walaupun perkembangannya digunakanl a}:.kata theos semua manusia telah tiada, itulah yang yang salah satu pengertiannya ialah Tuhan. disebut Tuhan. Oleh karena itu, kata Tuhan Walaupun konsep Kehrhanan Plato berasal bagi masyarakat Yunani kuno juga dari kata deustetapiTuhan yang dimaksud diterapkan pada matahari, bulan, planet Plato ah dew Zeus (Barimah-Apau, bukanl a dan benda-benda langit lainnya, tetapi 1989:7-10). sekalipun disebut Tuhan bukan berarti Kata "theos" dalam bahasa Yunani masyartakat Yunani kuno menjadikan pada masa Yunani kuno tidak memiliki arti benda-benda itu sebagai objek pe- yang sama dengan kata Tuhan menurut nyembahan, atau diartikan sebagai Tuhan pengertian dalam kitab suci umat Kristen. menurut pemahaman masyarakat mo- G.M.A. Grube menulis bahwa bagi deren, melainkan disebut Tuhan alasannya masyarakat Yunani kuno, Tuhan adalah suatu yang bermakna predikatif. Alkitab hanya karena benda-benda langit itu adalah mengatakan Tuhan itu kasih atau Tuhan lebih besar dan lebih bertahan hidup lama ifu baik, menegaskan tentang eksistensi dari pada hidup manusia (Grube, 1980: L50- sesuafu yang misterius, atau menjelaskan 151). tentang salah satu sifat Tuhan. Bagi ma- syarakat Yunani kuno aturannya ialah Dimensi Metafisika atas Ketuhanan Plato sebaliknya. Mereka berkata, bahwa Kasih Tuhan yang Tidak Dapat Dikenal itu Tuhan atau Keindahan itu Tuhan, yang maknanya tidak mengasumsikan eksistensi Salah satu karya Plato yang berjudul tentang suatu Ketuhanan yang misterius, Cratylus menjelaskan bahwa Tuhan tidak tetapi menjelaskan tentang kasih dan dapat dikenal dan tidak ada esensi-Nya keindahan sebagai suatu realitas. Perkataan yang dapat dikenali. Nama-nama yang bahwa kasih atau kemenangan adalah digunakan untuk menunjukkan sifat-sifat ll lunal a6r*' dan 1 luma['leotogi Sadi eastoral Tuhan tidak berarti manusia telah sungguh- semesta dan setiap intelegensi jiwa yang sungguh mengenal-Nya. Nama-nama ifu terdapat di seluruh alam semesta itu berasal tidak sesungguhnya menjelaskan sifat atau dan kembali kepada intelegensi tertinggi esensi Tuhan, tetapi hanya pendapat yang itu yang disebut sebagai Tuhan atau jiwa lemah dari manusia tentang Tuhan. Nlma- alam semesta (Barimah-Apau, 1989: 27). nama itu hanya bertujuan sebagai konsep yang dibuat manusia tentang Ketuhanan. Ketuhanan Plato sebagai Tidak ada nama-nama atau konsep yang fiwa Alam Semesta universal tentang Ketuhanan. Sekalipun Tuhan bagi Plato yang dipahami dalamhal ini Plato menentang naturalisme sebagai jiwa alam semesta maksudnya dan antrofomorfisme terhadap Kehrhanan, ialah sebagai sumber terutama dari semua tetapi Plato tidak mengesampingkan gerakan yang terjadi dalam alam semesta. konsep Ketuhanan dalam filsafatnya Tuhan yang menggerakkan matahari dan (Barimah-Ap au, 1989 : 29 -3I). bintang-bintang, mengafur gerakan semua Eksistensi Tuhan benda langit berada dalam orbitnya Plato melihat, baik orang Yunani masing-masing. Sebagai prinsip yang maupun bukan Yunani percaya akan menggerakkary Tuhan disebut "jiwa" bagi eksistensi Tuhan, jika tidak maka Tuhan benda-benda langit yar.g secara fisik bukanlah suatu konsep universal. Tuhan adalah tubuh bagi Tuhan (Lodge, 1956: bukanlah fiksi, melainkan realitas yang 1.e1.). paling pasti, dan tidak patut diragukan Oleh karena Tuhan disebut sebagai " jiw (Plato, Laws,887). Tuhan itu ada karena ada itu a alarnsemesta" maka sifat-sifat Tuhan penyembahan bagiNya menurut budaya dapat dikenal lebih jauh lagi dari pada setempat. Setiap ma-syarakat memiliki sifat-sifat yang dimiliki dalam jiwa pengetahuan akan Tuhan yang diperoleh manusia. Phaedo adalah salah satu karya dari mitos dan cerita yang diteruskan dari Plato yang menjelaskan tentang generasi ke generasi (Plato, Laws, immortalitas jiwa manusia yang memiliki Inilahbukti 882-888). sifat yang sama dengan sifat Tuhan sebagai yang dikemukan Plato tentang "jiwa". MenurutPlato jiwa manusia secara eksistensi Tuhan. "dialektik" akan naik mencapai Bukti lain.yang dikemukakan Plato "intelegensi tertinggi" (jiwa alam r"rrr"itu; tentang eksistensi Tuhah bahwa dengan sebagai yang memberikan sifat Ketuhanan memandang bumi, matahari, bintang, alam kepada jiwa manusia. Dialektikn rnenurut semesta, dan memandang pula pada proses Plato dalam karyanya Republik, VII, 533- yang ajaib dari pergantian musim dari 534, adalah proses argumen rasional, tahun ke tahun dan dari bulan ke bulan, kritikan atas asumsi-asumsi, dan menge- inilah bukti eksistensi Tuhan (Plato, Laws, liminasi hipotesis-hipotesis hingga 886). Keteraturan dan ketertiban yang mencapai prinsip pertama yang merupakan terdapat pada benda-benda langit dan dasar yang tak tergoyahkan. Dialektika musim-musim dimungkinkan terjadi juga adalah prosedur yang berupaya untuk hanya jika ada suatu inteligensi tertinggi di mencapai puncak pengetahuan dan alam semesta ini atau yang disebut pula mencapai pengertian akan Kebaikan atau sebagai jiwa alam semesta. Karya Flato mencapai pengetahuan akan yang Absolut. yang berju dul Apology menjelaskan konsep Sifat-sifat Ketuhanan yang melekat Ketuhanan Plato selagai intelegensi yang pada jiwa manusia adalah alasan jiwa tertinggi di antara seluruh intelegensi yang tersebut disebut sebagai immortal, jiwa terdapat di setiap jiwa di seluruh alam yang demikian itulah yang membuat t2 Menurut lP [oto fik "f"t fotufianan manusia dapat mengenal sifat-sifat Tuhan. ketertiban dan keteraturan, tetapi hanya Sifat-sifat jiwa yang sama dengan sifat-sifat sebagai yang mengupayakan, memfung- Tuhan ialah simpel, tidak dapat binasa, sikan dan menyatakan ketertiban dan tidak dapat dimusnahkan, tidak dapat keterabutan itu sebagai bagian dari berubah, memberi kehidupan bagi tubuh, pekerjaannya (Mohr, 1985: 132, 134, 141). kekal dan senantiasa sejalan dengan Tuhan sebagai pencipta dalam Keindahan Absolut (Barimah-Apau, 1989: filsafat Plato tidak harus diartikan secara 41.-42). literal, tetapi sebagai simbolisasi sumber dan asal mula semua kehidupan, sekarang Tuhan sebagai Demiurge dan selamanya. Jika Tuhan menurut Plato Ketuhanan Plato dipandang sebagai bukan Pencipta, siapakah Pencipta Yang suatu pekerjaan aktif individu, itu sebabnya Mahakuasa itu? Inilah persoalan yang Tuhan menurut Plato disebut sebagai masih misterius dalam filsafat Plato. "Demiurge " y ungsecara etimologis berarti "dia milik umat" (demios) dan "bekerla" Tuhan Hanya sebagai Ide (ergon). Demiurge dipandang sebagai Bukan sebagai suatu Pribadi pencipta. Tetapi R. G. Collingwood lebih Tidak ada tradisi dalam budaya suka menyebut Tuhannya Plato bukan Yunani kuno, sebagaimana dalam pe- pencipta tetapi yang membuat atau mikiran Kekristenan yang menganggap menjadikan sesuatu berdasarkan model konsep kepribadian sebagai atribut esensial yang sudah ada sebelunrnya, yang disebut bagi Ketuhanan. G.C.Field berkata, " Tuhan sebagai model pra-eksisten (Collingwood, dalam pengertian sebagai jiwa alam 1962: general readings). Kata "membuat" semesta menurut Plato bukanlah sesuafu didefinisikan sebagai "membawa sesuafu yang berpribadi. Dia tidak dipikirkan dalam eksistensinya dari berbagai kom- sebagai suatu kepribadian individual binasi atau dari sesuatu yar.g lain", seperti individu la irvry (Field, "mencipta" a" 19 69 : 1,08). sedangkan adalah "melahirkan Ketuhanan Plato adalah impersonal dari unsur-unsur non pra-eksisten atau dari oleh karena bagi Plato Tuhan itu adalah tidak ada". Richard D. Mohr menjelaskan Ide, Bagi Plato, Ide berarti suatu kualitas bahwa Demiurge menurut Plato sebagai atau esensi yang kekal dan tidak berubah; "pencipta" bukan dalam arti Mahakuasa yang eksis terpisah dari dunia fisik; dan seperti Tuhan dalam Kekristenan. juga eksistensinya terpisah dari pikiran Demiurge tidak menciptakan materialnya, yang hendak mencapai atau mengetahui- dia menemukan materi-meteri tersebut, Nya. Ide bukan saja representasi dari segala lalu kemudian membuat dunia yang materi sesuatu, tetapi Ide adalah segala sesuafu. atau modelnya sudah ada ini menjadi Ide adalah yang memberi kehidupan, serupa mungkin dengan model Ideal entitas spiritual (Glenn, 1963:74). Akan (model pra-eksisten). Demiurge seperti tetapi kata Ide berasal dari kata eidos yang seniman, pencipta keindahan, hanya menurut kamus berarti suatu paham dalam membuat dunia ini menjadi indah atau pikiran. Selain itu, "ide" juga secara membuatnya nampak lebih baik. Demi- filosofis diartikan sebagai representasi urge sebagai "pencipta" harus diartikan universal yang ada dalam pikiran manusia hanya sebagai "sumber" stabilitas dan sebagai akibat dari Ide yang sesungguhnya. permanensi, "sumber" ketertiban dan Tuhan sebagai Ide dalam pengertian kamus keterafuran/ namun makna "sumber" di dan filosofis ini berarti Yang Ada hanya sini bukan sebagai penyebab, atau segala dalam pikiran. Itu sebabnya Ketuhanan sesuatu berasal dari dirinya sendiri, atau Plato ialah Kebaikan, Keindahan, Kesatuan ang bertangsuns iawab atas semua dan seterusnya, n kata lain beru 13 : unnt'leo [ogi dan tuli Q as tora[ urnat affray I S I J bahwa Ide Plato tidak lebih dari menunjuk I proses transformasi atau "emanasi" bahwa pada dasar objektif suatu konsepsi; dasar I dari Yang Satu keluarlah yang banyak dan -oUlettii banyak DanyaK itu rfu Yang rang Satu rar itu terbit ob]eKtrf ini rnl hanya nanya memberikan memDenKan keabsahan Keaosanan I dari oarl yang yang dan kepastian bagi konsepsi (Ritter, 1933: I dan menjadi nyata. Ketuhanan Plato 75). lilia kemudian, Tuhan menurut Plato I sebagai Yang Satu dan Plural tidak sama itudisebutsebagaiPenciptaatauBapa,atau I pengertiannya dengan Ketuhanan Yu^g disebut sebagai Eros atau Kasih, bukan I Maha Esa ataupun dengan Allah Tri- berarti Tuhan menurut Plato itu mampu I tunggal dalam Kekristenan. memelihara danmengasihimanusiaseperti I sesuatu yang berpribadi, melainkan I DimensiEpistemologi diartikan sebagai sesuatu yang hanya I Atas Ketuhanan Plato mampumenolong,mengarahkanmanusia I Plato memahami Tuhan sebagai kebaikan sesuii dengan dirinya I febaitan dalam realitas (Plato, Republic, -er,u;u Ide dari segala ide. I U, ZfOl. kehidupan yang adalah I Tqju_an.tertinggi memiliki manusia ialah kecintaan untuk Tuhan sebagai Yang Satu dan Plural I secara kekal Kebaikan itu (Barimah-Apau, PlatopeicayabihwaldeTuhanatau I tOe* Og. Kebaikan bukan esensi, tetapi Kebaikan adihh Satu Yang Kekal. Akan I jauh meiampaui esensi Ketuhanan dan tetapi, Plato juga percaya pada suatu I kekuasaan. Kebaikan bukan saja sumber -uLL1.rk r.tp"*ito*Iyaigadalah semua I t"*a.ttpuan inteligen dalam semua obj"k di dalam semua. Cicero menulis bahwa I pengetahuan, tetapi juga adalahesensidan ada banyak pembicaraan Plato yang tidak I keberadaannya (Plato, Republic, VI, 509). konsekuen. - Plato percaya bahwa dunia I febaikan adalah kondisi "kebenaran". adalah Tuhan, begilu puia dengan langit, I febaikan adalah prinsip segala sesuatu, bintang, bumi, jiwa dan semua Ketuhanan I Uait yang ada maupun yang tidak ada. yang dlkenal oleh para leluhur. Pada saat I Kebaikan transenden atas segala sesuatu, yu.,[ su*u Plato juga berusaha memper- | oleh karena itu adalah penygbab dan asal i.enilkan figur Tuhan. Plato menyatakan I mula segala sesuatu (Barimah-Apau,1989: bahwa Tuhan adalah Satu dan Unik, tetapi I 75). Tuhan sebagai Kebaikan adalah kemudian menjelaskan pula sebagai I kesempurnaan keberkatan yang pluralitas dengan adanya beberapa Tuhan I tempat (dewa) (Barimlh-Apau,1989:265). Cicero I tertinggi. Suatu negara akan mengalami rupanya kurang mengenal konsep Plato I keberkatantersebutbergantungpadapara mengenai Kehrh-anan, bahwa secara hirarki I p".guutanya memiliki sifat Kebaikan itu yang tertinggi ialah Tuhan Yang Satu itu | dalam diri mereka. Vt:lfyt_llato hanya han ai bawah-Nya ada pula dewa-dewa I pu.ufilsuf yangmemilikisifatKebaikanitu. lain yang berperan dJlam alam yang I ntato berkata bahwa,-masyarakat tidak disebut puta sebagai "Tuhan". I pernah berkembang d1n pe-rsolan tidak Singkatnya, konsep Plato mengenai I akan pernah terselesaikan hingga para Yang Satulalah dalam arti sebagai Sumber; | filsuf menjadi raja atau hingga mereka yang sebagai Yang Tertinggi; dan sebagai Yang I disebut para raja dan para penguasa benar- Pertlma dari segala ide, dari segala I benar menjadi para filsuf, dan kekuasaan kebaikan dan dari segala hikmat, itulah I politik dan filsafat berada di tangan yang (Plato, Re Tuhan Tuhan Yang Yang Satu, Satu, tetapi tetapi tidak tidak sebagai sebagai I sama sama(Plato,Republic,V,473). Pencipta seperti pada Tuhan dalam I Siapakah para filsuf itu menurut Akitab. Sedangkan pluralitas dalam Ke- I ltatoZ Mereka yang hatinya ditetapkan iuluh pudu | p tuhanan Plato ^"t "ttj"k I t4
no reviews yet
Please Login to review.