Authentication
Pelatihan Penulisan Ilmiah Universitas Pembangunan Panca Budi (UNPAB) Medan 4 Juli 2011 ANATOMIARTIKELILMIAH Oleh Bambang Sunarto Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta Jl. Ki Hajar Dewantara, No. 19 Surakarta 57126 E-mail: benarto@hotmail.com Abstrak Artikel ini membahas struktur fisik suatu karya ilmiah untuk publikasi di jurnal ilmiah. Penulisan ini dimaksudkan untuk membantu para peneliti dan pemikir ilmiah dalam mempublikasikan karya-karya penelitian dan konsep-konsep pemikiran ilmiahnya. Unsur- unsur anatomi dalam artikel ilmiah di dalam artikel ini diurai secara rinci dan dijelaskan wujud dan peran fungsionalnya kemudian ini dipaparkan secara deskriptif. Sekurang- kurangnya terdapat tujuh unsur yang harus diperhatikan oleh setiap penulis artikel. Unsur- unsur itu adalah (1) judul, (2) baris kepemilikan, (3) abstrak, (4) pendahuluan, (5) pemaparan, (6) kesimpulan, dan (7) daftar pustaka. Konsistensi penulisan artikel yang sesuai dengan unsur-unsur anatomi artikel ilmiah yang dipaparkan di dalam artikel ini akan membantu penulis artikel menulis dengan baik, benar, runtut, dan memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi. A. Pembuka Artikel ilmiah adalah karya tulis yang diharap, ditunggu-tunggu dan diterima oleh komunitas ilmiah. Artikel ilmiah umumnya adalah laporan hasil penelitian yang ditulis dan dipublikasikan dalam seminar maupun dalam jurnal ilmiah. Namun, tidak jarang artikel ilmiah juga merupakan hasil perenungan atau pemikiran mendalam dalam upaya pengembangan suatu bidang ilmu tertentu. Isi artikel ilmiah harus orisinil. Temuan hasil penelitian yang disajikan harus benar- benar baru, atau penyempurnaan dari temuan-temuan yang telah lebih dulu ditemukan pihak lain. Jika merupakan hasil pemikiran atau perenungan harus pula merupakan pemikiran yang menawarkan gagasan atau konsep-konsep baru. Artikel ilmiah tidak selalu harus menyajikan koleksi data-data, melainkan diutamakan atau dituntut menyajikan analisis dan interpretasi intelektual atas data-data. Artikel ilmiah tidak diseyogyakan menggunakan kata atau kalimat yang berisi analogi dan metafora. Artikel ilmiah mengutamakan penyajian fakta-fakta yang dipaparkan secara singkat dan jelas. Artikel ilmiah harus mengandung informasi sebanyak-banyaknya, diungkapkan dengan kata dan kalimat yang sedikit-dikitnya. Oleh karena itu, artikel ilmiah harus sejelas dan sependek mungkin. Hal penting yang harus diperhatikan penulis adalah, karya ilmiah dirancang bukan untuk tujuan hiburan atau entertaintment, melainkan untuk mengkomunikasikan temuan ilmiah baru. Secara singkat, artikel ilmiah dapat didefinisikan sebagai berikut. 1. Publikasi pertama hasil penelitian atau hasil perenungan pemikiran ilmiah yang orisinil. 2. Disajikan dalam bentuk pemaparan yang memungkinkan pembaca melakukan pengecekan kesimpulan, melakukan verifikasi dan pengulangan eksperimen, jika di dalam artikel menjelaskan tentang hasil suatu eksperimen. 3. Dimuat di jurnal ilmiah atau dokumen lain yang tersedia dalam komunitas ilmuwan, atau dipresentasikan dalam suatu forum ilmiah di kalangan komunitas ilmuwan sejenis. Ide-ide yang diajukan di dalam artikel ilmiah harus disampaikan secara jelas dan logis. Perpindahan dari satu ide ke ide lain harus mengalir lancar. Proses pengembangan ide seperti itu diperlukan agar menarik pembaca untuk tetap setia membaca sampai titik terakhir artikel itu. Pembaca diupayakan agar tidak hanya setia membaca sampai selesai, tetapi terinspirasi 1 untuk mengaplikasikan atau menerapkan ide-ide yang diinformasikan dalam artikel itu. Motivasi penulisan, pemikiran, dan perancangan penelitian dan perenungan harus dilaporkan lengkap, agar dapat mempengaruhi pembaca menerima atau menolak hasil penelitian atau pemikiran yang dipaparkan dalam tulisan. Jika pengetahuan hasil penelitian dan pemikiran yang ditulis di dalam artikel itu dapat bertahan dari segala macam kritik, maka ia diterima sebagai bagian dari tubuh ilmu pengetahuan, sampai muncul temuan baru yang lain, yang mampu menyangkal hasil penelitian dan pemikiran ilmiah itu. B. Anatomi Artikel Artikel ilmiah sebagai organisme (system, sebagai bagian dari kehidupan yang bersifat independen) memiliki anatomi yang khas. Artikel ilmiah memiliki struktur fisik dalam wujud internalnya. Secara terstruktur, anatomi artikel ilmiah sekurang-kurangnya memuat: 1. Judul 2. Baris Kepemilikan 3. Abstrak 4. Pendahuluan 5. Pemaparan dan Diskusi 6. Kesimpulan 7. Daftar Pustaka Hampir setiap jurnal ilmiah selalu menyertakan petunjuk penulisan kepada para penyumbang tulisan. Semua petunjuk itu harus benar-benar diikuti, karena petunjuk itu adalah dasar untuk menetapkan gaya selingkung jurnal itu. Jadi, sebelum menulis artikel ilmiah untuk jurnal seorang penulis harus mempelajari lebih dulu ketentuan-ketentuan yang digariskan oleh penyuting jurnal itu. Segala bentuk penyimpangan hanya akan membuka dan memperbesar peluang artikel tersebut ditolak di jurnal yang dilamarnya. 1. Pembuatan Judul Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dengan volume informasi yang dapat dikatakan meluap setiap hari, pembuatan judul harus benar-benar diperhitungkan oleh setiap penulis artikel ilmiah. Sebab, judul adalah satu-satunya bagian tulisan yang paling banyak dibaca orang. Oleh karena itu, judul harus menarik perhatian pembaca yang semula hanya membaca sepintas saja. Oleh karena itu, perlu diusahakan agar judul dapat memikat orang yang sedang mencari informasi berkeinginan untuk terus mencari tahu lebih dalam dengan menelaah keseluruhan isi artikel. Judul yang tidak jelas, yang terlalu umum, kurang informatif, tidak memikat dan bisu akan menyebabkan tulisan diremehkan oleh pembaca. Jadi, judul adalah bagian yang sangat penting dari artikel ilmiah. Secara langsung, judul ikut menentukan jumlah pembaca. Sebab, judul mengungkapkan abstraksi tertinggi artikel ilmiah, dan juga merupakan wadah isi atau esensi dari artikel ilmiah. Jadi, dengan judul yang baik, pembaca sudah dapat menangkap isi atau esensi dari artikel yang disajikan. Oleh karena itu, judul harus dipersiapkan dengan sangat teliti. Judul harus diusahakan agar sekali baca seorang pembaca langsung dapat menangkap maknanya, tanpa perlu membaca hingga dua kali. Menurut Day (1993) dan juga Rifai (2005), judul yang baik adalah judul yang sedikit menggunakan kata-kata, tetapi cukup menjelaskan isi artikel. Namun, judul juga diseyogyakan tidak terlalu pendek, sehigga menyebabkan pembaca bingung karena kurang lengkapnya informasi. Sebaliknya, judul yang terlalu panjang juga akan membuat pembaca tambah bingung. Dulu, judul-judul panjang memang sering digunakan, tetapi ketika itu ilmu pengetahuan belum terspesialisasi seperti sekarang. Karena sekarang ilmu pengetahuan telah terspesialisasi, maka penulis harus menghindari judul-judul yang bersifat umum, karena spesialisasi dan fokusnya tidak akan kelihatan. Rifai memberi patokan agar judul tidak lebih dari 12 patah kata, atau paling banyak terdiri dari 90 ketuk mesin ketik. Menurutnya, ini harus mutlak dipatuhi. Bahkan, dalam tulisan berbahasa Inggris, jumlah maksimum yang diperkenankan adalah 10 kata, sedangkan untuk naskah berbahasa Jerman malah dibatasi hanya 8 kata. Oleh karena itu, dalam menyusun judul harus dipilih kata yang padat makna, kata kunci yang khas, dan sejauh mungkin mampu mencirikan seluruh isi tulisan. Dalam menyusun judul harus benar-benar dihindari penggunaan kata-kata klise seperti, penelitian pendahuluan, studi perbandingan, penelaahan terhadap, pengaruh pemberian, dan pengamatan awal. Pemakaian kata kerja sedapat mungkin harus dihindari, sebab kata kerja pada awal judul tidak lazim digunakan dalam karya tulis ilmiah akademik. Judul juga tidak boleh menggunakan singkatan atau akronim. Untuk mudahnya, agar judul benar-benar dapat mewakili isi atau esensi tulisan, maka gunakan objek material dan objek formal sebagai pertimbangan untuk membuat judul. 2. Baris Kepemilikan Umumnya, baris kepemilikan terdiri atas dua unsur, yaitu (1) nama atau nama-nama penulis, dan (2) nama atau nama-nama lembaga yang menaungi kegiatan penulisan dan penelitian yang dilakukan oleh penulis atau para penulis. Kalau perlu juga dicantumkan alamat lengkap yang dapat dicapai pos atau alamat email dan nomor facsimile untuk keperluan surat menyurat. Untuk unsur pertama, catumkan hanya nama(-nama) orang yang secara nyata dan langsung terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan, analisis, sistesis, dan penulisan hasil penelitian yang dilaporkan. Jadi, yang dimasukkan hanya nama(-nama) orang yang berhak mendapat kredit kepengarangan atas tulisan itu. Sebab, pencantuman nama seseorang secara moral memiliki konskwensi tersendiri. Konskwensinya, setiap orang yang tercantum sebagai pengarang memiliki kewajiban moral untuk bias menjawab segala sesuatu dan keseluruhan isi yang tertuang dalam naskah. Oleh karena itu, pencantuman nama orang yang secara tidak langsung terlibat dalam penelitian (sering kali pimpinan lembaga atau proyek) tidak memenuhi norma dank ode etik ilmiah yang berlaku. Begitu pula, tidak dibenarkan untuk menyebutkan hanya seorang pengarang disertai penunjuk et al., cs. atau dkk. Perlu pula diketahui bahwa baris kepemilikan dapat pula diberikan kepada suatu lembaga, atau tidak kepada siapa-siapa (anonim). Penyebutan nama dan alamat lembaga(-lembaga) dalam baris kepemilikan menandakan penelitian tersebut dilakukan atas inisiatif lembaga, dan bukan perorangan di lembaga tersebut. Kalau pengarang pindah lembaga waktu tulisan diterbitkan, jangan berikan kredit kepengarangan kepada lembaga yang baru untuk penelitian yang dikerjakan sebelumnya. Kalau perlu, untuk melancarkan surat-menyurat, cantumkan alamat lembaga yang baru dalam kurung atau pada catatan kaki. Jika suatu karya ditulis oleh beberapa orang yang bekerja pada lembaga berbeda, pencantuman nama pengarang dan lembaga yang menaungi pengarang harus jelas, tepat, dan tidak meragukan. Nama pengarang dan lembaga mestinya ditulis secara mantap sesuai dengan kebiasaan resmi. Khusus untuk nama pengarang, perlu ditekankan agar memakai hanya satu bentuk cara penulisan dan ejaan. Perlunya adalah untuk menghindari kesimpangsiuran penyusunan penulisan indeks dan bibliografi. Bagian terakhir nama jangan disingkat, sebab pembuatan indeks nama pengarang umumnya dilakukan dengan mengambil nama bagian terakhir. Terakhir, di dalam penulisan nama biasakan agar tidak menyertakan pangkat, jabatan, kedudukan, dan gelar akademik. Ini perlu, karena di dalam tradisi penulisan ilmiah ada prinsip untuk tidak berpamer diri. Tulisan ilmiah ditakar bukan berdasarkan pada pekerjaan, pangkat, kedudukan, jabatan atau gelar penulisnya, tetapi berdasarkan kadar orisinalitas sumbangan keilmuannya. 3. Abstrak Tujuan abstrak adalah menyediakan informasi yang cukup agar pembaca dapat mengambil keputusan, apakah dia perlu membaca keseluruhan isi artikel atau tidak. Oleh karena itu, abstrak adalah ringkasan artikel ilmiah, mengandung informasi lengkap, komprehensif, dan jelas mengenai isi tulisan. Abstrak berisi seluruh informasi yang diperlukan untuk membantu pembaca dalam menyimpulkan isi dari seluruh hasil kegiatan penelitian atau pemikiran ilmiah. Dengan demikian, abstrak membantu para pembaca dengan menerangkan secara ringkas (1) objek penelitian/penulisan, (2) tujuan penelitian/penulisan, (3) metode/pelaksanaan penelitian atau penulisan, (4) hasil-hasil yang diperoleh dari kegiatan penelitian atau penulisan, dan (5) signifikansi/nilai manfaat dari penelitian/tulisan tersebut. Di samping itu, abstrak harus ditulis dengan teliti, dengan kata-kata yang sesedikit- sedikitnya, agar dapat memberikan efek yang berarti bagi pembaca. Selain memperhatikan judul, umumnya para pembaca artikel ilmiah, baik dalam bentuk artikel untuk jurnal maupun makalah, selalu juga membaca abstrak. Mereka akan membaca secara utuh artikel-artikel yang menarik dan penting bagi mereka, sementara yang dianggap kurang menarik akan diabaikan. Oleh karena itu, penulisan abstrak harus diupayakan agar pembaca mendapatkan informasi mengenai seluruh isi tulisan. Umumnya, abstrak untuk artikel ilmiah yang dimat di jurnal ilmiah disajikan dalam satu paragraf dengan menggunakan tidak lebih dari 200 kata. Namun, abstrak untuk skripsi, tesis, disertasi dan/atau laporan penelitian tidak ada batasan yang mengikat. Ada pembimbing yang secara ketat meminta penulisan abstrak tidak lebih dari satu halaman. Namun ada pula yang cukup memberi kelonggaran lebih dari satu halaman. Pada dasarnya, abstrak untuk skripsi, tesis, disertasi dan laporan penelitian dapat dibuat seperti berikut. 1. Objek penelitian terdiri dari satu paragraf. 2. Tujuan penelitian dan metode/pelaksanaan penelitian masing-masing satu paragraf, atau digabung menjadi satu paragraf. 3. Hasil-hasil yang diperoleh dalam penelitian terdiri dari satu paragraf atau lebih. 4. Signifikansi/nilai manfaat penelitian sepanjang satu paragraf. Untuk mengenali abstrak yang lazim digunakan dalam penulisan artikel ilmiah yang diorientasikan untuk dimuat di jurnal, berikut ini adalah contoh abstrak yang diambil dari penulisan abstrak dari artikel ini, yang di sampingnya diberi keterangan mengenai bagian- bagian yang harus ada di dalamnya. Artikel ini membahas struktur fisik suatu karya ilmiah untuk publikasi di Objek penulisan jurnal ilmiah. Penulisan ini dimaksudkan untuk membantu para peneliti dan pemikir Tujuan penulisan ilmiah dalam mempublikasikan karya-karya penelitian dan konsep-konsep pemikiran ilmiahnya. Unsur-unsur anatomi dalam artikel ilmiah di dalam artikel ini diurai Metode penulisan secara rinci dan dijelaskan wujud dan peran fungsionalnya kemudian ini dipaparkan secara deskriptif. Sekurang-kurangnya terdapat tujuh unsur yang harus diperhatikan Hasil penulisan oleh setiap penulis artikel. Unsur-unsur itu adalah (1) judul, (2) baris kepemilikan, (3) abstrak, (4) pendahuluan, (5) pemaparan, (6) kesimpulan, dan (7) daftar pustaka. Konsistensi penulisan artikel yang sesuai dengan unsur-unsur anatomi artikel ilmiah Signifikansi/manfaat yang dipaparkan di dalam artikel ini akan membantu penulis artikel menulis dengan penulisan baik, benar, runtut, dan memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi. Jika di atas dikatakan bahwa artikel ilmiah yang dimuat di jurnal ilmiah disajikan dalam satu paragraf dengan menggunakan tidak lebih dari 200 kata, abstrak di atas juga ditulis dalam satu paragraf dan kurang dari 200 kata. Jumlah kata yang digunakan tepatnya adalah 116 kata. Agar dapat memberikan informasi secara padat, sangat dianjurkan dan dicontohkan
no reviews yet
Please Login to review.