Authentication
215x Tipe PDF Ukuran file 0.36 MB Source: media.neliti.com
DOI: http://dx.doi.org/10.21107/ilkom.v11i1.2833 MANAJEMEN KRISIS PUBLIC RELATIONS (STUDI KASUS TENTANG PERAN PUBLIC RELATIONS BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURAMADU (BPWS) DALAM MENGHADAPI RESISTENSI MASYARAKAT MADURA DI KABUPATEN BANGKALAN TERHADAP KEHADIRAN LEMBAGANYA) Roos Yuliastina Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Prodi Administrasi Negara Universitas Wiraraja Sumenep Email: yuliastina07@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini ingin mengetahui peran public relations dan metode pendekatan public relations BPWS dalam menghadapi resistensi masyarakat Madura di Kabupaten Bangkalan terhadap kehadiran lembaganya. Dengan mengkaji peran dan model pendekatannya, diharapkan dapat mengetahui juga bagaimana public relations BPWS mengatasi manajemen krisis. Karena jika perbedaan kepentingan antara BPWS dengan masyarakat Madura terus dibiarkan, bukan tidak mungkin masalah ini akan menjadi krisis berkepanjangan yang mengancam eksistensi BPWS. Metode yang digunakan adalah metode kulitatif, metode ini lebih menekankan pada kedalaman yang diteliti (kualitas) data yang telah di peroleh, bukan pada banyaknya (kuantitas) data. Teknik pengumpulan data mencakup informan atau narasumber yang paham dan terlibat secara langsung dalam kasus ini. Pengumpulan datanya menggunakan data primer dan skunder. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis data kualitatif, untuk validitas datanya menggunakan triangulasi data dan triangulasi sumber. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, Peran public relations dalam menghadapi resistensi masyarakat Madura di Kabupaten Bangkalan terhadap BPWS lebih berperan sebagai fasilitator komunikasi. Model pendekatan yang diterapkan adalah model public relations pengaruh personal (personal influence model) yang di kategorikan kedalam model publik relations asimetris dua arah. Tahapan- tahapan manajemen krisis untuk mengatasi kasus ini, terdiri dari tiga tahapan. Yaitu tahapan pra- krisis, merespon krisis, dan pasca-krisis. Kata Kunci: Manajemen Krisis, Public relations BPWS, resistensi masyarakat Madura di Kabupaten Bangkalan. ABSTRACT This study investigates the role of public relations and public relations BPWS approach in dealing Madura society Kabupaten Bangkalan in resistance to the presence institution. By examining the role and the model approach, also are expected to know how to overcome BPWS public relations crisis management. Because if the difference between the interests of the society Madura BPWS left unchecked, this problem is not likely to be a prolonged crisis that threatens the existence BPWS. Key words: Crisis Management, Public relations BPWS, Madura community resistance in Bangkalan. 29 30 Komunikasi, Vol. XI No. 01, Maret 2017: 29-38 PENDAHULUAN Namun kehadiran BPWS sebagai lem- Public relations atau Hubungan masya- baga pemerintah yang memiliki tugas untuk rakat (Humas) saat ini telah menjadi bagian memfasilitasi pembangunan dan pengem- penting dalam sebuah perusahaan atau orga- bangan wilayah Suramadu, khususnya di pulau nisasi. Idealnya fungsi public relations adalah Madura, mengalami resistensi dari masyarakat perpaduan dari fungsi manajemen dan fungsi Madura di Kabupaten Bangkalan. Resistensi komunikasi. Sebagai fungsi manajemen, pub- yang dihadapi oleh BPWS tidak hanya timbul lic relations bertanggung jawab mengelola dari masyarakat kalangan me-nengah kebawah dan mengembangkan reputasi perusahaan. saja, tetapi penentangan terhadap lembaga milik Sebagai fungsi komunikasi, public relations pemerintah ini juga timbul dari masyarakat mengembangkan komunikasi antara perusa- menengah ke atas yang melibatkan pemimpin haan dan publik untuk menciptakan dan formal seperti Kepala Daerah atau Dewan mempertahankan goodwill dan mutual under- Perwakilan Rakyat, dan pemimpin informal standing publik terhadap tujuan, kebijakan, seperti Kyai atau Ulama di Madura. dan kegiatan perusahaan (Nova, 2011: 47). Kepala Daerah dan Dewan Perwakilan Namun tidak selalu kegiatan public Rakyat Daerah memiliki otoritas tertinggi relations dapat berjalan dengan baik. Terkadang sebagai pemimpin formal, sehingga sikap hambatan dan masalah dapat muncul secara resistensi pemimpin daerah terhadap BPWS tiba-tiba. Seperti kasus yang menimpa memiliki dampak besar bagi keberlangsungan Badan Pengembangan Wilayah Suramadu lembaga ini. Begitu juga dengan Kyai atau (BPWS). Kehadiran Badan Pengembangan Ulama, secara hukum negara Ulama bukan- Wilayah Suramadu (BPWS) tidak lepas dari lah seorang pemimpin, tetapi sebagai pihak terealisasinya jembatan Suramadu. Keber- pemegang otoritas keagamaan Ulama memiliki adaan jembatan Suramadu bukan hanya pengaruh besar dalam kehidupan masyarakat dibangun untuk memperlancar arus trans- Madura, sehingga keputusan para Ulama di portasi, lebih dari itu juga sebagai upaya Madura bersikap resistensi terhadap kehadiran percepatan pembangunan di kawasan Surabaya BPWS ikut diperhitungkan oleh pejabat dan Madura, khususnya untuk mendorong pemerintah maupun masyarakat umum. perkembangan ekonomi dan merealisasikan Sebagai bentuk resistensi terhadap pulau Madura menjadi kota industri di Jawa Badan Pengembangan Wilayah Suramadu, Timur. Oleh karenanya, pemerintah pusat pada tahun 2012 lalu anggota DPRD se- membentuk Badan Pengembangan Wilayah Madura sebagai perwakilan pemimpin formal, Suramadu (BPWS) berdasarkan Perpres nomor membentuk Kaukus Parlemen se-Madura. 27 tahun 2008, kemudian disempurnakan Kakukus Parlemen se-Madura ini melakukan dengan peraturan presiden nomor 23 tahun judisial review (hak uji materil) tentang 2009. Dalam Perpres ini, digariskan bahwa Rencana Induk Percepatan Pengembangan tugas pengembangan wilayah Suramadu ada- Wilayah (RIPPW) Suramadu dan keberadaan lah mempercepat pengembangan wilayah BPWS kepada Mahkamah Agung RI, dengan Suramadu (Germakertasusila) menjadi pusat tanggal pendaftaran perkara 9 Februari 2012. pertumbuhan ekonomi wilayah Jawa Timur Bersamaan dengan itu, Kaukus Parlemen (Sumber: Kasubdiv Humas BPWS, tgl: se-Madura mendeklarasikan penolakan ter- 26/12/12). hadap BPWS. Sedangkan pihak kyai dan Pelaksanaan Manajemen Krisis Public Relations...(Roos Yuliastina) 31 ulama di Bangkalan yang tergabung dalam orang, berapa lama kemungkinan rumor Badan Sillaturahmi Ulama Pesantren Madura ini berlangsung, dan akhirnya, apakah ada (BASSRA), menyatakan resistensinya dengan tindakan yang perlu dilakukan untuk menang- mengeluarkan enam butir rumusan dari hasil gapi rumor yang telah terlanjur tersebar. musyawarah yang diikuti 33 Ulama Bangkalan Karena jika BPWS terus mengalami pada tanggal 28 Februari 2012. Inti dari resistensi dari masyarakat Madura di Kabu- keenam butir rumusan tersebut adalah alasan- paten Bangkalan dapat menyebabkan krisis alasan Ulama Bangkalan menolak keberadaan berkepanjangan yang mengancam eksistensi BPWS (sumber: Anggota Komisi C DPRD lembaga ini. dan Kaukus Parlemen se-Madura & Koord. Bassra, tgl: 27/02/2013 & 07/03/2013). RUMUSAN MASALAH Sedangkan bentuk resistensi dari mas- yarakat umum di Bangkalan yang terga- Manajemen krisis merupakan aktivitas bung dalam LSM, aktivis mahasiswa, dan public relations untuk mengatasi krisis, respon kelompok santri menunjukkan resistensi- perusahaan dalam menghadapi krisis akan nya kepada BPWS melalui tindakan. Hal ini berbeda antara satu dengan yang lain. Hal ini ditandai dengan banyaknya aksi demo yang bergantung pada jenis dan durasi krisis yang berlangsung dari tahun 2011 sampai awal tengah mereka hadapi. Begitu pula dengan tahun 2012. Pihak ini kerap kali melakukan krisis yang menimpa Badan Pengembangan unjuk rasa yang menuntut penolakan dan Wilayah Suramadu (BPWS), melalui kegiatan pembubaran BPWS. Karena selama tiga tahun public relations tentunya lembaga ini memiliki hadirnya lembaga ini, masyarakat belum cara dan strategi tersendiri dalam merespon melihat adanya perubahan di pulau Madura krisis. Berangkat dari alasan tersebut, rumusan khususnya di Bangkalan, dan mengusulkan masalahnya sebagai berikut: agar kewenangan untuk membangun dan 1. Bagaimana peran public relations BPWS mengembangkan wilayah Madura sepenuhnya dalam menghadapi resistensi masyarakat di kembalikan kepada pemerintah daerah. Madura di Kabupaten Bangkalan terhadap Kasus-kasus tersebut yang akhirnya, kehadiran lembaganya? membawa situsi buruk bagi BPWS. Sedang- 2. Model pendekatan public relations seperti kan program dan tugas BPWS dalam mengem- apakah yang digunakan BPWS dalam bangkan pembangunan di Suramadu masih menyelesaikan kasus ini? panjang. Kredibilitas dan eksistensi lembaga ini menjadi taruhannya. Disinilah peran TUJUAN PENELITIAN public relations menjadi kunci utama dalam Adapun tujuan penelitian ini ingin melakukan kegiatan proaktif. mengetahui peran public relations dan metode Sebagaimana yang diungkapkan pendekatan public relations BPWS dalam Lattimore et al (2010: 437) bahwa Public rela- menghadapi resistensi masyarakat Madura tions menjadi ujung tombak bagi lembaga di Kabupaten Bangkalan terhadap kehadiran yang diwakilinya ketika menghadapi krisis. lembaganya. Public relations harus bekerja keras untuk menemukan siapa berbicara apa, siapa yang mendengarkan, seberapa keras komentar 32 Komunikasi, Vol. XI No. 01, Maret 2017: 29-38 TINJAUAN PUSTAKA DAN telah di peroleh, bukan pada banyaknya KERANGKA TEORI (kuantitas) data. Teknik pengumpulan data Public relations adalah fungsi mana- mencakup informan atau narasumber yang jemen yang khas dan mendukung pembinaan, paham dan terlibat secara langsung dalam pemeliharaan jalur bersama antara organisasi dan kasus ini. Pengumpulan datanya menggunakan pembelinya; menyangkut aktivitas ko-munikasi, data primer dan skunder. Teknik analisis data pengertian, penerimaan, dan kerjasama yang menggunakan teknik analisis data kualitatif, melibatkan manajemen mampu menanggapi untuk validitas datanya menggunakan triangu- opini publik; mendu-kung manajemen dalam lasi data dan triangulasi sumber. mengukuti dan memanfaatkan perubahan secara Hasil dan Analisis Penelitian efektif; bertindak sebagai sistem pernyataan Resistensi masyarakat Madura di Kabu- dini dalam mengantisipasi kecenderungan paten Bangkalan terhadap BPWS tidak hanya menggunakan penelitian secara teknik komu- timbul dari masyarakat kalangan menengah nikasi yang sehat dan etis sebagai sarana utama kebawah saja, tetapi penentangan terhadap (Cutlip et al, 2005: 4). lembaga milik pemerintah ini juga timbul dari Menurut Cutlip et al (2006: 45-47) masyarakat menengah ke atas yang melibatkan terdapat empat peran utama public relations pemimpin formal seperti Kepala Daerah atau yang mendeskripsikan sebagian besar praktik Dewan Perwakilan rakyat, dan pemimpin public relations. Akan tetapi, terkadang praktisi informal seperti Kyai atau Ulama di Madura. public relations melakukan semua peran ini Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dan peran lainnya dalam tingkat yang berbeda- menunjukkan: beda. Empat peran tersebut adalah: (a) Teknisi Komunikasi, (b) Expert Presciber, (c) Fasilitator Resistensi Pemerintah daerah Kabupaten Komunikasi, (d) Fasilitator Pemecah Masalah. Bangkalan terhadap BPWS Menurut Dan Lattimore et al (2010: - Perpers BPWS dianggap tidak sesuai 63) mengatakan melalui empat model public dengan Undang-Undang Otonomi daerah relations, dapat di gunakan sebagai cara untuk - Peninjauan ulang pembebasan lahan mengidentifikasi ide sentral dari kegiatan public seluas 600 Ha di Kabupaten Bangkalan relations dan bagaimana mereka saling terkait - Menuntut pembagian hasil pengelolaan satu sama lain. Mengutip hasil penelitian James jembatan tol Suramadu E. Grunig dan Todd Hunt, yang mengajukan - Menuntut agar pihak pemimpin formal empat model public relations berdasarkan dan pemimpin informal daerah dilibatkan pada komunikasi, riset dan etika. Empat model dalam struktur kepemimpinan BPWS tersebut adalah: (1) Agen pemberitaan (press agentry), (2) Informasi publik, (3) Model Asi- Resistensi Ulama Bangkalan (BASSRA) metris dua arah, (4) Model simetris dua arah. terhadap BPWS - Perpers BPWS dianggap tidak sejalan METODE PENELITIAN dengan Undang-Undang Otonomi daerah - Menolak pembangunan secara massif Metode yang digunakan adalah metode yang dilakukan BPWS kulitatif, metode ini lebih menekankan pada - Menuntut agar dibentuknya wadah baru kedalaman yang diteliti (kualitas) data yang yang melibatkan langsung pimpinan
no reviews yet
Please Login to review.