Authentication
137x Tipe DOCX Ukuran file 0.03 MB Source: journal.unair.ac.id
HUBUNGAN FUNGSI KELUARGA DENGAN PERILAKU ADAPTIF PADA ANAK AUTIS DI SD BHAKTI WIYATA SURABAYA The Relation Between Family Functions And Adaptive Behavior In Children With Autism At SD Bhakti Wiyata Surabaya YULIZA UTAMI Program Studi S1 Pendidikan Ners Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Kampus C Mulyorejo Surabaya 60115 Telp. (031) 5913752, 5913754, Fax. (031) 5913257 Email: yuliza.utami90@gmail.com ABSTRACT The incidence of children with autism has rapidly increased. The family functions to suit their children’s needs will increase the treatment success up to 80%. Therefore it is of paramount importance to identify the family function as a baseline for improving adaptive behavior in children with autism. In this study correlational research method was used. The sample of this research was 18 childrens with autism and parents. The instrument of this research was modified questionnaire based on family fuction and Vineland Adaptive Behavior Scale. Data collected analysis used spearman rank test with significance value p ≤ 0,05. Most of the parents (58,82%) have a good family fuction to suit their children’s needs and most of children (58,82%) with autism have adequate of adaptive behavior. There is significant relationship (p = 0,038) between family functions and adaptive behavior with correlation coefficient (r = 0,507). According to this research we can conclude that family functions to suit their children’s needs which are asih, asuh, and asah simultaneosly affected children’s adaptive behavior. Counseling to parents about giving a good family functions should be implemented in order to increase adaptive behavior in children with autism. Keywords: children with autism, family function, adaptive behavior PENDAHULUAN Autisme merupakan suatu hambatan dalam perilaku adaptifnya gangguan perkembangan yang sangat (Soendari, 2010). Perilaku tidak wajar kompleks yang secara klinis ditandai oleh menunjuk pada segala bentuk aktivitas adanya tiga gejala utama berupa kualitas yang dilakukan dan dikatakan anak autis, yang kurang: (1) dalam kemampuan tidak lazim dilakukan oleh anak-anak pada interaksi sosial dan emosional, (2) umumnya dan memberikan impact secara kemampuan komunikasi timbal balik dan berarti terhadap proses dan hasil belajar minat yang terbatas, serta (3) perilaku siswa autis di sekolah. Perilaku yang yang disertai dengan gerakan berulang cenderung dilakukan seorang anak autis tanpa tujuan (stereotip), dan adanya respon dapat dibedakan ke dalam perilaku yang tidak wajar terhadap pengalaman berkelebihan (excessive) dan perilaku yang sensorisnya. Ketiga gejala utama ini yang berkekurangan (deficient). Tampilan membedakan antara anak autis dengan perilaku demikian menjadi tidak anak-anak yang lainnya, sekaligus yang diinginkan dan tidak lazim karena dilihat mengakibatkan mereka mengalami dari intensitas dan frekuensinya muncul secara berlebihan, sehingga perilaku (Rahman, 2013). Penatalaksanaan untuk tersebut sering menjadi permasalahan bagi gangguan tingkah laku lebih fokus pada orang tua di rumah maupun bagi guru di pola penggambaran tentang disfungsi sekolah (Hasibuan & Wahyuningsih, dalam keluarga dan mencari jalan untuk 2012). merubah agresifitas anak atau sebaliknya Prevalensi anak dengan hambatan perilaku-perilaku maladaptif (Milne, perkembangan perilaku telah mengalami Edwards, et al. 2001). peningkatan. Pada salah satu kota besar di Lingkungan keluarga dikenal Amerika Serikat, jumlah anak dengan autis sebagai lingkungan pendidikan yang dalam lima tahun terakhir mengalami pertama dan utama. Predikat ini peningkatan sebesar 500%, menjadi 40 mengindikasikan betapa esensialnya fungsi dari 10.000 kelahiran (Handoyo, 2006). dan pengaruh lingkungan keluarga dalam Hasil penelitian dari Pusat Pengendalian pembentukan perilaku dan kepribadian dan Pencegahan Penyakit di Amerika anak. Fungsi keluarga lebih banyak Serikat atau Centers for Disease Control memberikan pengaruh dukungan, baik dari and Prevention (CDC) menyebutkan dalam penyediaan fasilitas maupun bahwa prevalensi autis pada tahun 2012 penciptaan suasana belajar yang kondusif. dengan jumlah rasio 1 dari 88 orang. Pada Sebaliknya dalam hal pembentukan tahun 2013 terjadi peningkatan yang cukup perilaku, sikap dan kebiasaan, penanaman memprihatinkan dengan jumlah rasio 1 nilai, dan perilaku-perilaku sejenisnya, dari 50 orang anak saat ini mengalami lingkungan keluarga bisa memberikan autisme (Willingham, 2013). Apabila pengaruh yang sangat dominan. Menurut hambatan dalam perilaku adaptif anak Effendy (1998) ada tiga fungsi pokok autis tidak diatasi maka dapat keluarga terhadap anggota keluarganya, mengakibatkan proses belajar mereka yaitu (1) memenuhi kebutuhan emosi dan terhambat dan semakin lama kasih sayang (asih), (2) memenuhi perkembangan mereka semakin jauh kebutuhan fisik-biomedis (asuh), dan (3) tertinggal dibandingkan anak seusia memenuhi kebutuhan stimulasi (asah). mereka ketika umur mereka semakin Ketiga fungsi ini saling berkaitan dalam bertambah (Laurens, 2010). Perilaku memenuhi kebutuhan yang diperlukan agresif pada anak autis sebagian untuk perkembangan anak agar dapat dipengaruhi oleh kondisi biologis, optimal. Keterlibatan keluarga secara aktif utamanya terjadi kerusakan di sistem sangat dibutuhkan dalam mendukung syaraf sehingga menyebabkan perilaku perkembangan anak-anak autis karena yang tidak bisa terkendalikan. Disamping dapat berdampak terhadap keberhasilan itu, faktor lingkungan juga turut anak sampai dengan 80% (Chandra, 2002). mempengaruhi menguatnya perilaku Tanpa pemberian kasih sayang yang baik agresif anak autis. Faktor lingkungan dapat maka potensi anak tidak akan mampu berasal dari lingkungan keluarga, sekolah, berkembang secara baik. Interaksi yang ataupun masyarakat. Penderita autis seperti baik antara orang tua dengan anak akan halnya anak-anak normal, yang mana lebih mampu mengoptimalkan segala cepat belajar melalui proses imitasi. kemampuan yang dimiliki anak. Lingkungan yang suportif akan mampu Penanganan anak autis ditujukan untuk mereduksi perilaku agresif yang mempersiapkan anak autis menghadapi ditampakkan oleh anak autis, dan kehidupan dewasanya sehingga dapat sebaliknya jika lingkungan kurang suportif berintegrasi dalam masyarakat dengan akan berpotensi menyebabkan sebaik mungkin dengan tetap mendapat terbentuknya perilaku agresif yang perlindungan. cenderung menetap bahkan menjadi-jadi BAHAN DAN METODE Fungsi Frekuensi Persentase (%) Jenis penelitian ini menggunakan Keluarga desain korelasional dengan pendekatan Baik 10 58,82 cross sectional. Populasi pada penelitian Cukup 4 23,53 Kurang 3 17,65 ini adalah siswa yang masih aktif sekolah Total 17 100 di SD Bhakti Wiyata Surabaya dan orang Berdasarkan tabel di atas tuanya sebanyak 39 anak. Dalam menunjukkan bahwa sebagian besar penelitian ini sampel peneliti 17 anak autis responden yaitu 10 orang atau 58,82% dengan kriteria inklusi anak autis sebagai memiliki fungsi keluarga yang baik berikut: terhadap anak autis. 1) Sudah menjalani terapi minimal 1 tahun 2. Identifikasi perilaku adaptif pada anak 2) Berusia 4-18 tahun. autis 3) Masih aktif pada sekolah autisme. Tabel 5.8 Perilaku Adaptif Pada Anak 4) Kooperatif. Autis di SD Bhakti Wiyata Sedangkan kriteria inklusi untuk keluarga Surabaya Bulan Januari yaitu: 2014 1) Keluarga yang memiliki anak autis Perilaku Frekuensi Persentase (%) yang sedang menjalani terapi/sekolah. Adaptif 2) Keluarga yang kooperatif Tinggi 1 5,88 Teknik sampling yang digunakan Cukup tinggi 3 17,65 Adekuat 10 58,82 dalam penelitian ini adalah probability Cukup 2 11,77 sampling dengan metode simple random rendah sampling. Variabel independen (bebas) Rendah 1 5,88 dalam penelitian ini adalah fungsi keluarga Total 17 100 dalam memenuhi kebutuhan asih, asuh, Berdasarkan tabel di atas dan asah pada anak autis. Variabel menunjukkan bahwa sebagian besar dependen (tergantung) dalam penelitian ini responden yaitu 10 orang atau 58,82% adalah perilaku adaptif anak autis. memiliki perilaku adaptif yang adekuat. Instrumen penelitian untuk variabel independen menggunakan kuesioner yang 3. Identifikasi hubungan fungsi keluarga dimodifikasi peneliti berdasarkan teori dengan perilaku adaptif pada anak fungsi keluarga dan untuk variabel autis di SD Bhakti Wiyata Surabaya dependen menggunakan lembar observasi Tabel 5.9 Tabulasi Silang Hubungan berdasarkan Vineland Adaptive Behavior Fungsi Keluarga Dengan Scale (VABS) School Edition. Data yang Perilaku Adaptif Pada Anak diperoleh akan dianalisis dengan Autis di SD Bhakti Wiyata menggunakan uji Spearman Rank Surabaya Tahun 2014 Correlation. Jika hasil penelitian Fungsi Keluarga Total % didapatkan nilai α/signifikansi < 0,05. Baik % Cukup % Kurang % Perilaku Tinggi 1 5,88 0 0 0 0 1 5,88 HASIL PENELITIAN Adaptif Cukup 2 11,77 1 5,88 0 0 3 17,65 Anak tinggi 1. Identifikasi fungsi keluarga dalam Autis Adekuat 7 41,17 2 11,77 1 5,88 10 58,82 memenuhi kebutuhan asih, asuh, Cukup 0 0 0 0 2 11,77 2 11,77 rendah asah pada anak autis Rendah 0 0 1 5,88 0 0 1 5,88 Tabel 5.7 Fungsi Keluarga yang Total 10 58,82 4 23.53 3 17,65 17 100 Mempunyai Anak Autis di SD Bhakti Wiyata Surabaya p (Sig) = 0,038, spearman rho (α < 0,05), Bulan Januari 2014 correlation coefficient (r) = 0,507 Berdasarkan tabel di atas diketahui sehingga memungkinkan mereka tumbuh bahwa setelah diuji dengan menggunakan dan berkembang sesuai usia dan Spearman Rho didapatkan p = 0,038 kebutuhannya, (2) Asuh; memenuhi dengan taraf signifikansi (α < 0,05) kebutuhan pemeliharaan dan perawatan sehingga hipotesis diterima dimana hasil anak agar kesehatannya selalu terpelihara, ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan sehingga diharapkan menjadikan mereka yang bermakna antara fungsi keluarga anak-anak yang sehat baik fisik, mental, dengan perilaku adaptif pada anak autis. sosial dan spiritual, (3) Asah; memenuhi Dari uji hasil diperoleh Correlation kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap Coefficient (r) 0,507 terletak dalam menjadi manusia dewasa yang mandiri interval 0,400 – 0,599 dimana termasuk dalam mempersiapkan masa depannya. dalam tingkat hubungan sedang. Ketiga fungsi ini saling berkaitan dalam memenuhi kebutuhan yang diperlukan PEMBAHASAN untuk perkembangan anak agar dapat optimal. Menurut Asmika dkk. (2006) Berdasarkan hasil penelitian beberapa ahli mengatakan peran aktif menunjukkan bahwa sebagian besar orang tua dalam usaha membantu anak responden mempunyai fungsi keluarga menjalankan terapi merupakan salah satu yang baik dalam memenuhi kebutuhan faktor penting karena tanpa dukungan asih, asuh, dan asah pada anak autis yaitu keluarga proses untuk mencapai sebanyak 10 orang dengan persentase kesembuhan akan berjalan lama. Dengan 58,82%. Fungsi keluarga yang dilakukan memenuhi kebutuhan asih, asuh, dan asah dalam memenuhi kebutuhan asih seperti yang baik maka akan meningkatkan keluarga tetap menyayangi anak meskipun potensi anak berkembang dengan baik. anak mengalami autis dan keluarga Interaksi yang baik antara orang tua bersedia meluangkan waktu bersama anak dengan anak akan mampu ketika di rumah. Fungsi keluarga yang mengoptimalkan segala kemampuan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan dimiliki anak. asuh seperti keluarga selalu Sebagian besar responden di SD memperhatikan terhadap apapun yang Bhakti Wiyata Surabaya mempunyai dikerjakan anak ketika di rumah, keluarga fungsi keluarga yang baik dalam mengerjakan dengan sepenuh hati dalam memenuhi kebutuhan asih, asuh, dan asah menangani segala keperluan anak, pada anak autis. Faktor latar belakang menyiapkan kebutuhan sehari-hari anak pendidikan orang tua yang tinggi, sehingga dan keluarga selalu berada bersama anak orang tu mempunyai pengetahuan yang ketika anak membutuhkan bantuan. Fungsi cukup dalam menangani dan merawat anak keluarga yang dilakukan dalam memenuhi dengan autis. Faktor yang lain misalnya kebutuhan asah seperti keluarga berusaha penerimaan orang tua yang mempunyai untuk mengembangkan bakat yang anak autis dengan sikap positif sehingga dimiliki anak dan keluarga menyertakan menyebabkan sebagian besar orang tua anak untuk mengikuti kegiatan di sekolah. dapat melaksanakan fungsi keluarga Dari ketiga fungsi keluarga yang telah dengan baik. Dari ketiga fungsi keluarga disebutkan diatas, keluarga lebih banyak yaitu asih, asuh, dan asah, keluarga lebih melaksanakan fungsinya dalam memenuhi banyak melaksanakan fungsinya dalam kebutuhan asuh pada anak. memenuhi kebutuhan asuh. Hal ini dapat Menurut Effendy (1998) ada 3 disebabkan karena keluarga dapat fungsi pokok keluarga terhadap anggota memahami, menerima dan dapat keluarganya yaitu (1) Asih; memberikan memperlakukan anak autis sesuai dengan kasih sayang, perhatian, rasa aman, tingkat pertumbuhannya yang didukung kehangatan kepada anggota keluarga dengan kemampuan orang tua dari segi
no reviews yet
Please Login to review.