Authentication
252x Tipe PPTX Ukuran file 0.09 MB
Faktor Resiko 1. Jenis Kelamin 2. Sistem Imunitas 3. Usia 4. Infeksi dan Keganasan 5. Atopik Etiologi Pada umumnya laporan tentang obat tersering penyebab alergi adalah golongan penisilin, sulfa, salisilat. Obat lain yang sering pula dilaporkan adalah analgetik lain (asam mefenamat), antikonvulsan (dilantin, mesantoin, tridion), sedatif (terutama luminal) dan trankuilizer (fenotiazin, fenergan, klorpromazin) Tetapi, alergi obat dengan gejala klinis berat paling sering dihubungkan dengan penisilin dan sulfa. Gambaran Klinis Drug eruption dapat timbul dalam waktu 30 menit sampai 8 jam setelah ingesti obat secara oral. Lesi macula oval atau bulat, bewarna merah atau ke unguan, berbatas tegas, seiring waktu, lesi bisa menjadi bula, mengalami deskuamasi atau menjadi krusta. Ukuran lesi bervariasi, mulai dari lentikuler sampai plakat. Gejala lokal meliputi rasa gatal dan rasa terbakar , jarang di jumpai gejala sistemik. Tidak dijumpai pembesaran kelenjar getah bening regional. Lesi jika menyembuh akan meninggalkan bercak hiperpigmentasi post inflamasi yang menetap pada jangka waktu yang lama Patofisiologi Mekanisme terjadinya erupsi alergi obat dapat terjadi secara nonimunologik dan imunologik (alergik), tetapi sebagian besar merupakan reaksi imunologik. Pada mekanisme imunologik, erupsi alergi obat terjadi pada pemberian obat kepada pasien yang sudah tersensitasi dengan obat tersebut. Obat dengan berat molekul yang rendah awalnya berperan sebagai antigen yang tidak lengkap (hapten). Obat atau metabolitnya yang berupa hapten ini harus berkonjugasi dahulu dengan protein, misalnya jaringan, serum atau protein dari membran sel untuk membentuk antigen yaitu kompleks hapten protein. Obat dengan berat molekul yang tinggi dapat berfungsi langsung sebagai antigen lengkap. Sehingga mengakibatkan terjadinya erupsi obat.
no reviews yet
Please Login to review.