117x Filetype PDF File size 0.21 MB Source: dewey.petra.ac.id
2. LANDASAN TEORI 2.1 Penjadwalan Penjadwalan (scheduling) merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengalokasikan fasilitas, peralatan, maupun tenaga kerja, dan menentukan urutan pelaksanaan bagi suatu kegiatan operasi (Herjanto, 2008). Perusahaan industri memerlukan penjadwalan dalam mengalokasikan tenaga operator, mesin, urutan pekerjaan, jenis produk, dan pembelian material. Penjadwalan bertujuan untuk meminimalkan waktu proses, waktu tunggu, dan penggunaan yang efisien dari fasilitas, tenaga kerja, dan mesin. Perusahaan perlu untuk melakukan penjadwalan agar didapatkan utilitas yang maksimal dari sumber daya produksi yang dimiliki. Penjadwalan produksi yang baik dapat menurunkan biaya operasi dan pengiriman, serta dapat meningkatkan kepuasan customer. Penjadwalan yang baik memiliki beberapa kriteria pengukuran. Kriteria- kriteria tersebut adalah sebagai berikut: Waktu penyelesaian keseluruhan job (makespan), yaitu dengan mengukur total waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan semua job yang ada. Nilai makespan yang semakin kecil menunjukkan bahwa produktivitas perusahaan semakin baik. Rata-rata flow time (average flow time), yaitu dengan menghitung rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tiap job. Nilai average flow time yang semakin kecil menunjukkan bahwa produktivitas perusahaan semakin baik. Rata-rata waktu keterlambatan (average lateness), yaitu dengan menghitung rata-rata selisih antara waktu penyelesaian aktual dengan due date yang diberikan. Nilai average lateness yang semakin kecil menunjukkan bahwa produktivitas perusahaan semakin baik. Penjadwalan dilakukan dengan beberapa tujuan. Tujuan-tujuan dari penjadwalan adalah sebagai berikut (Bedworth & Bailey, 1987): Meningkatkan utilitas atau mengurangi waktu tunggu sehingga dapat mengurangi waktu proses dan meningkatkan produktivitas. 4 Universitas Kristen Petra Mengurangi makespan untuk suatu pekerjaan dan average flow time untuk tiap proses. Mengurangi tingkat barang setengah jadi (work in progress) atau pekerjaan yang menunggu dalam antrian. Meminimalkan biaya produksi. Mengurangi set up time. Memenuhi keinginan konsumen dalam hal kualitas produk dan ketepatan waktu pengiriman. Kegiatan produksi memiliki beberapa metode-metode yang dapat digunakan dalam melakukan penjadwalan produksi. Metode-metode tersebut adalah sebagai berikut (Fogarty, Blackstone, & Hoffmann, 1991): Metode penjadwalan maju (forward scheduling). Metode penjadwalan mundur (backward scheduling). Metode penjadwalan kompromi (compromised scheduling). Metode penjadwalan paksa (forced scheduling). 2.1.1 Penjadwalan Maju Penjadwalan maju dilakukan dengan menjadwalkan pekerjaan agar dimulai seawal mungkin. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan agar seluruh pekerjaan dapat terselesaikan sebelum batas waktu (due date) yang ditentukan. Penjadwalan maju dilakukan dengan mengurutkan setiap job dari awal hingga keseluruhan operasi selesai. Penjadwalan maju memiliki kelemahan yaitu adanya kemungkinan penumpukan barang setengah jadi (work in progress). 2.1.2 Penjadwalan Mundur Penjadwalan mundur merupakan kebalikan dari penjadwalan maju, dimana pekerjaan dijadwalkan dari job yang paling akhir terlebih dahulu dan selanjutnya diikuti oleh kegiatan pendahulunya hingga semua terjadwalkan. Penjadwalan mundur dapat berguna untuk mengetahui waktu tenggang dalam pengadaan barang (lead time) sehingga dapat diketahui kapan dimulainya suatu pekerjaan. Hal ini dapat meminimalkan tingkat penumpukan barang setengah jadi (work in progress) karena saat suatu job telah selesai, hasil dari job tersebut sudah 5 Universitas Kristen Petra diperlukan pada stasiun kerja selanjutnya. Penjadwalan mundur ini memerlukan perencanaan dan estimasi waktu yang baik, tidak terjadinya break down pada mesin, dan tidak adanya perubahan due date menjadi lebih cepat. Penjadwalan mundur juga memungkinkan adanya jadwal yang tidak fleksibel, yaitu ketika didapatkan waktu mulai proses yang sudah terlewat dari waktu sekarang. 2.1.3 Penjadwalan Kompromi Penjadwalan kompromi merupakan gabungan dari penjadwalan maju dan penjadwalan mundur. Penjadwalan ini dibagi ke dalam dua tahap, yaitu tahap pertama dan tahap kedua. Tahap pertama dilakukan dengan menggunakan penjadwalan maju sehingga dapat diketahui waktu penyelesaian pekerjaan. Tahap kedua dilakukan dengan menggunakan penjadwalan mundur yang dimulai dari waktu penyelesaian pekerjaan yang sudah didapatkan dari tahap pertama. 2.1.4 Penjadwalan Paksa Penjadwalan paksa juga merupakan gabungan dari penjadwalan maju dan penjadwalan mundur. Penjadwalan paksa dilakukan dengan menjadwalkan pekerjaan yang memiliki sumber daya terbatas terlebih dahulu. Jadwal yang sudah dipaksakan tidak dapat lagi ditukan atau diganti dengan pekerjaan lainnya. Sumber daya terbatas ini contohnya jika memerlukan mesin yang disewa sehingga pekerjaan yang memerlukan mesin tersebut harus dilakukan terlebih dahulu saat mesin disewa. Pekerjaan-pekerjaan lain yang mendahului pekerjaan tersebut dijadwalkan dengan menggunakan penjadwalan mundur. Pekerjaan-pekerjaan sesudah pekerjaan tersebut dijadwalkan dengan menggunakan penjadwalan maju. 2.2 Klasifikasi Penjadwalan Penjadwalan dapat diklasifikasikan menurut beberapa faktor. Faktor- faktor tersebut adalah jumlah mesin, pola aliran proses, pola kedatangan job, dan sistem informasi (Bedworth & Bailey, 1987). Penjadwalan berdasarkan jumlah mesin dibedakan menjadi dua, yaitu penjadwalan pada satu mesin (single machine) dan penjadwalan pada beberapa mesin (parallel machine). Penjadwalan berdasarkan pola aliran proses dibedakan menjadi dua, yaitu penjadwalan model flow shop dan job shop. 6 Universitas Kristen Petra Penjadwalan berdasarkan pola kedatangan job dibedakan menjadi dua, yaitu pola statik dan dinamik. Pola kedatangan statik adalah pola dimana semua job datang bersamaan dan siap dikerjakan pada mesin-mesin yang sedang tidak bekerja. Pola kedatangan dinamik adalah pola dimana job datang secara acak selama diadakan penjadwalan. Penjadwalan berdasarkan sistem informasi dibedakan menjadi dua, yaitu sistem informasi yang bersifat deterministik dan sistem informasi yang bersifat stokastik. Penjadwalan produksi secara umum juga dapat dibedakan menjadi dua, yaitu penjadwalan untuk setiap job dan penjadwalan untuk setiap batch. Penjadwalan untuk setiap job dibedakan menjadi dua menurut tahapan proses produksinya, yaitu single stage dan multiple stage. 2.2.1 Penjadwalan Flow Shop Penjadwalan flow shop merupakan penjadwalan dimana aliran proses suatu produk sudah jelas atau memiliki urutan yang pasti. Penjadwalan flow shop memiliki sejumlah n job yang diproses pada m mesin/operasi. Penjadwalan ini bergerak satu arah sehingga tidak memungkinkan adanya proses yang kembali ke mesin sebelumnya. Penjadwalan flow shop memiliki karakteristik sebagai berikut (Baker, 2013): Penjadwalan flow shop memiliki sejumlah pekerjaan yang tersedia dan siap diproses. Penjadwalan flow shop memiliki beberapa mesin yang berbeda untuk menyelesaikan setiap proses. Waktu set up bersifat independen terhadap urutan pengerjaan. Proses-proses individual tidak dapat dipecah-pecah. Penjadwalan flow shop dibedakan menjadi dua menurut aliran proses yang dilaluinya, yaitu pure flow shop dan general flow shop. Penjadwalan pure flow shop merupakan penjadwalan flow shop dimana semua pekerjaan akan mengalir pada jalur produksi yang sama. Aliran pekerjaan pure flow shop menunjukkan bahwa setiap pekerjaan memiliki satu operasi pada setiap mesin. Contoh pola aliran pure flow shop dapat dilihat pada Gambar 2.1. 7 Universitas Kristen Petra
no reviews yet
Please Login to review.