Authentication
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Globalisasi yang ada di hadapan kita adalah sebuah fakta yang tidak bisa kita pungkiri dan di hindari. Revolusi teknologi, transportasi, informasi dan komunikasi menjadikan dunia tanpa batas. Kita mengetahu sesuatu yang terjadi di belahan benua lainnya dalam hitungan detik melalui internet yang sudah merambat di kehiduan sekitar kita. Pengetahuan dan teknologi menjadi garda terdepan yang harus diprioritaskan dalam era globalisasi seperti sekarang ini, kalau kita melirik ke negara lain seperti Malaysia, Pilifina bakanh korea dan china sudah lari tunggang langgang untuk mengejar ketertinggalan dan mengubah dirinya tidaka hanya sebagai penonton yang pasif, tetapi juga mengambil bagian sebagai peran aktor kretif dan inovatif serta ikut berperan aktif dalam proses kompetensi ketat globalisasi. Disinilah pentingnya pondasi pendidikan karakter untuk setiap bangsa, jika karakter bangsa kita lemah maka bangsa kita (Indonesia ) akan menjadi bulan-bulanan negara-negara maju yang melek pengetahuan dan teknologi, mampu membuat trobosan progresif dan melakukan akselerasi masif di segala bdan. Negara ini akan menjadi tertindas di dalam dan di luar negeri, menjadi buruh di negeri sendir, yang akhirnya akan dijajah oleh sumber daya alam dan manusianya secara eksploitasif dan tidak manusiawi. Masih ingat dengan jelas bagaimana negara Australia menayadap para elit-elit poitik kta bahkan Presiden dan ibu Presiden, ini mungkin perbuatan yang sangat-sangat di kecam oleh semua Negara, tapi inilah globalisasi dunia tanpa batas, dan permasalahan ini tidak akan bisa di pecahkan kecuali dengan megambil peran aktif dalam mengembangkan bidan pengetahuan dan informasi. Saat ini pendidikan karakter baik di sekolah maupun di lingkungan rumah anak sangat kurang. Hal ini dapat sangat dirasakan dengan semakin banyaknya pejabat yang melakukan korupsi, para siswa dan mahasiswa yang selalu menyontek saat ujian, pelanggaran peraturan saat berlalu lintas dan lain- 1 lain. Kondisi ini di perparah lagi ketika para pendidik seperti guru maupun dosen yang mengijinkan contek-menyontek berlangsung serta lemahnya hukum di negara kita. Saat ini pemerintah melalui Kemendikbud mengamanatkan kepada seluruh institusional kelembagaan pendidikan untuk mentrapkan pendidikan berbasis karakter, Dewasa ini berkembang tuntutan untuk perubahan kurikulum pendidikan yang mengedepankan perlunya membangun karakter bangsa. Hal ini didasarkan pada fakta dan persepsi masyarakat tentang menurunnya kualitas sikap dan moral anak-anak atau generasi muda. Terkait dengan permasalahan diatas, yang diperlukan adalah kurikulum pendidikan yang berbasis karakter; dalam arti kurikulum itu sendiri memiliki karakter, dan sekaligus diorientasikan bagi pembentukan karakter peserta didik. Perbaikan kurikulum merupakan bagian tak terpisahkan dari kurikulum itu sendiri (inherent), bahwa suatu kurikulum yang berlaku harus secara terus- menerus dilakukan peningkatan dengan mengadopsi kebutuhan yang berkembang dalam masyarakat dan kebutuhan peserta didik, guna meminimalisir tingkat kriminallitas yang tak jarang lagi hal ini terjadi pada anak bangsa yang tergolong masih remaja. Usaha pemerintah ini terbukti dengan merancang munculnya “Kurikulum 2013” yang saat ini masih menjadi bahan uji coba public dan melatih guru-guru untuk bisa menginflementasikan kurikulum tersebut. Pendidikan karakter seharusnya membawa peserta didik ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, dan akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata. Inilah rancangan pendidikan karakter (moral) yang oleh Thomas Lickona disebut moral knowing, moral feeling, dan moral action (Lickona, 1991: 51). Karena itulah, semua mapel yang dipelajari oleh peserta didik di sekolah harus bermuatan pendidikan karakter yang bisa membawanya menjadi manusia yang berkarakter seperti yang ditegaskan oleh Lickona tersebut. Untuk mencegah lebih parahnya krisis akhlak, kini upaya tersebut mulai dirintis melalui pendidikan karakter bangsa. Dalam pemberian pendidikan 2 karakter bangsa di sekolah, para pakar berbeda pendapat. Setidaknya ada tiga pendapat yang berkembang. Pertama, bahwa pendidikan karakter bangsa diberikan berdiri sendiri sebagai suatu mata pelajaran. kedua, pendidikan karakter bangsa diberikan secara terintegrasi dalam mata pelajaran PKn, pendidikan agama, dan mata pelajaran lain yang relevan. ketiga, pendidikan karakter bangsa terintegrasi ke dalam semua mata pelajaran. Dengan adanya deskripsi diatas, penulis lebih memilih pada pendapat yang ketiga. Untuk itu dalam makalah ini penulis mengambil judul " Pentingnya penerapan pendidikan karakter dalam proses pembelajaran". B. RUMUSAN MASALAH 1. Perlunya Kurikulum berbasih pendidikan berkarater? 2. Bagaimana penerapan konsep pendidikan karakter dalam proses pembelajaran? 3. Apa saja nilai-nilai pembelajaran pendidikan berkarakter dalam pembelajaran? 4. Dimanakah seharusnya dasar penerapan pendidikan berkarakter di mulai? 5. Bidang-bidang lain Yang membutuhkan pendidikan Bekarakter ? 6. Apa dampak yang dapat dari penerapkan pembelajaran berkrakter? 7. Bentuk bentuk pembelajaran yang bermuatan pendidikan karakter C. TUJUAN 1. Untuk memahami secara mendalam makna pendidikan berkarakter 2. Urgensi kurikulum berkarakter 3. Memahami nilai-nilai pembelajaran pendidikan berkarakter dalam pembelajaran 4. Dimanakah seharusnya dasar penerapan pendidikan berkarakter di mulai 3 5. Apa dampak yang dapat dari penerapkan pembelajaran berkrakter 6. Untuk mengetahui bagaimana cara menerapkan pendidikan berkarakter dalam proses pembelajaran 7. Mengetahui bidang-bidang lain Yang membutuhkan pendidikan Bekarakter D. BATASAN MASALAH Adapun batasan masalah dari makalah pendidikan berkarakter yang berjudul “ Pentingnya Penerapan Pendidikan Karakter Dalam Proses Pembelajaran ” 4
no reviews yet
Please Login to review.